"Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Aku yang memilih
kamu.”
Selamat Paskah semuanya!!!
Di minggu-minggu menjelang Paskah kemaren, aku banyak
diajarin Tuhan. Salah satunya lewat pengalaman yang aku alami saat ikut
pelayanan untuk ibadah Paskah di gereja aku.
Sekitar satu bulan yang lalu, aku dan beberapa orang teman
sepelayanan di gereja diminta untuk berpartisipasi dalam ibadah perayaan Paskah
di gereja aku. Permintaan ini disanggupi oleh kami semua, dan kami pun mulai
membicarakan konsep acaranya dan pembagian tugas masing-masing.
Saat itu, aku dan salah satu temanku ditugaskan di bagian
tarian. Pokoknya tarian tentang Paskah. Aku dan teman aku pun menyanggupi.
Jujur saja, kami sama-sama excited, karena sudah cukup lama juga sejak kami
berdua melayani lewat tarian di gereja. Setelah diskusi soal lagu yang bakal dipakai akhirnya dipilih lagu 'We are the Reason". Kami latihan tarian lagu “ We are the Reason” dengan dua
orang teman yang lain.
Karena kami dua-duanya kerja, aku juga sering pulang malam,
kami jadi jarang latihan. Hanya bisa seminggu itu 1-2 kali latihan. Padahal
gerakan tariannya cukup sulit, menghafalnya sudah cukup sulit, apalagi kami
harus menyelaraskan gerakan masing-masing, dan sesuai konsepnya, kita menari
diiringin band, live performance, jadi harus latihan juga sama band-nya.
Menyesuaikan waktu antara kerja, belum lagi pelayanan dan
ibadah-ibadah plus diselingi latihan-latihan membuat aku sempat kelelahan, tapi
aku tetap berusaha untuk bersukacita di tengah semua itu :D.
Aku sangat,sangat bersemangat buat menampilkan tarian ini di
hari Paskah nanti. Makanya, meskipun gak ada latihan, tiap pagi dan sore aku
latihan sendiri di rumah.
Tapi, seminggu sebelum Paskah, tiba-tiba temanku bilang kalau
kami batal menampilkan tarian tersebut. Sebagai gantinya, aku dan dia jadi
singers di ibadah Paskah nanti.
Saat mendengarnya, jujur, aku kecewa berat dan sedikit
kesal.
Rasanya seperti semua kerja keras, effort dan pemberian diri
aku selama ini tuh jadi sia-sia.
Aku mati-matian latihan tiap hari, tapi ternyata gak jadi.
Aku kesal, dan walaupun nggak ngomel di depan orang-orang, dalam hati aku
mengeluh.
Sukacita aku tiba-tiba lenyap untuk pelayanan kali ini, aku
jadi malas buat latihan singers.
Bahkan, aku datang dengan wajah yang nggak enak banget
diliat pas latihan,hahahaha… (klo dingat-ingat sekarang, aku benar-benar maluuu >,<)
Tapi, aku akhirnya sadar kalo attitude aku itu buruk banget
di hadapan Tuhan. Seharusnya aku nggak boleh kehilangan sukacita saat mau
melayani Tuhan. Yah, wajar kalau aku jadi kecewa ketika sesuatu yang tidak aku
inginkan terjadi, tapi itu bukan berarti aku jadi ogah-ogahan dalam melayani
Tuhan.
Tuhan menegur aku… Tuhan bilang aku bersikap tidak dewasa,
dan sikap aku itu sama sekali tidak berkenan di hadapan-Nya.
Aku jadi malu sendiri sama sikapku yang pilih-pilih dan suka
merajuk karena hal yang kecil seperti ini.
Tuhan Yesus, ampuni Farhaaaa >,<!
Aku pikir, Tuhan tidak ingin aku melayani-Nya lewat tarian
kali ini. Ia ingin mendengar suaraku untuk memuji dan bersorak-sorai bagi-Nya.
Aku seharusnya gak perlu kecewa apalagi sampai tawar hati ketika Tuhan
“mengganti” peranku di pelayanan kali ini.
Toh, tidak ada pelayanan yang lebih tinggi atau lebih
rendah. Orang yang melayani Tuhan sebagai pembawa firman Tuhan, singers, penari
rebana, pemain band, ataupun tugas sederhana seperti operator LCD ataupun
pembawa pundi persembahan, sama di hadapan Tuhan, tidak ada yang lebih istimewa
atau lebih hebat.
Yang Tuhan inginkan ketika kita melayani Dia adalah apakah
motivasi hati kita sungguh-sungguh untuk Dia.
Apakah kita memberikan yang terbaik dari kita saat melayani
Dia?
Apakah kita sungguh-sungguh mau memuliakan Tuhan saat
terlibat pelayanan, bukan mencari pujian untuk diri sendiri?
Lagipula, bukan kita yang memilih ‘tugas’ kita dalam
pelayanan, melainkan Tuhan.
Tuhanlah yang menentukan peran atau tugas kita dalam sebuah
pelayanan.
Yang dituntut dari kita adalah pemberian diri, ketaatan
serta sukacita dalam melakukannya.
Ketika kita melakukan pelayanan untuk Tuhan, sekecil apapun
itu, Tuhan menghargainya.
Ketika kita sungguh-sungguh memberi diri untuk melayani
Tuhan, Tuhan tersenyum bangga.
Dan apalagi yang lebih berarti di dunia ini, selain daripada
menyenangkan hati Tuhan melalui perbuatan-perbuatan dalam hidup kita.
Kita mengucapkan kalimat, “ Aku mencintai-Mu Yesus” tiap
hari, wujudkan ungkapan cinta kita lewat pemberian diri dalam pelayanan Tuhan.
Sebagai apa kita berperan atau ditugaskan dalam pelayanan,
itu tidak terlalu penting.
Paling penting itu, kita menerima dan melakukannya dengan
sukacita dan motivasi yang benar, demi kemuliaan Tuhan Yesus.
Jangan sia-siakan setiap kesempatan untuk melayani Tuhan
dalam hidup kita.
Itu pelajaran yang aku dapat lewat peristiwa kali ini.
And thank God, karena di ibadah Paskah kemarin, aku dan
teman-teman yang lain bisa melayani Tuhan dengan penuh sukacita, penuh
semangat, dan benar-benar total, tidak ada beban dalam hati.
Semuanya all out buat Tuhan Yesus!
Dan sukacitaku pun bertambah karena pelayanan kami
memberkati semua jemaat yang hadir. Aku bersukacita karena aku merasakan
hadirat Tuhan begitu nyata saat ibadah.
Pokoknya, pas hari Minggu itu aku benar-benar bahagia,
bersukacita, dan aku merasa ingin peluk Tuhan Yesus karena Dia itu luar biasaaaaaa
banget! Hahahaha…
Jadi keingat ayat ini,,
Kolose 3: 23 "Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap
hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia."
God bless,,