Rabu, 01 Mei 2013

Lessons from Flower Boy Next Door drama ^^


Saat ini, aku sedang menonton drama Korea (lagi ^^) yang judulnya “Flower Boy Next Door”. 
Sejauh ini sih aku merasa ceritanya bagus, pemain-pemainnya juga bagus, Yoon Shi Yoon dan Park Shin Hye adalah artis yang cukup terkenal dan aktingnya bagus.

Drama ini bercerita tentang Go Dok Mi, seorang editor buku yang punya impian menjadi penulis buku dongeng anak-anak. Kehidupannya berubah karena pengalaman di-bully waktu SMA, ia menjadi seseorang yang anti-social. Ia tinggal di sebuah apartemen Ocean Village, di apartemen nomor 402. Go Dok Mi punya seorang secret admirer, yaitu tetangga sebelahnya, apartemen 401, seorang pembuat web toon yang namanya Oh Jae Won.

Oh Jae Won menunjukkan cintanya kepada Go Dok Mi dengan diam-diam, ia tidak menunjukkannya secara langsung karena ia tidak ingin mengusik kehidupan gadis itu. Ia menunjukkan cintanya kepada Dok Mi dengan mencegah siapapun yang mau masuk ke dalam kehidupan Go Dok Mi dan mengusiknya. Oh Jae Won tidak ingin siapapun membuat Go Dok Mi tidak nyaman ataupun terganggu. Ia menyukai gadis itu selama 3 tahun mereka bersebelahan, tanpa pernah menyatakannya secara langsung kepada Go Dok Mi.

Kehidupan Go Dok Mi yang aman, nyaman, dan sepi, terusik dengan kehadiran Enrique Geum, yang adalah pembuat Game yang terkenal di dunia, yang datang dari Spanyol ke Seoul. Karena suatu dan lain hal, si Enrique ini jadi penasaran tentang kehidupan Go Dok Mi yang selalu mengunci diri di kamar, tidak mau bergaul dengan orang lain, bahkan tidak mau bicara.

Enrique akhirnya memutuskan untuk membuat Go Dok Mi berubah. Ia ingin Go Dok Mi mengenal dunia luar, keluar dari kamarnya dan bertemu dan bergaul dengan banyak orang, bekerja di kantor seperti kebanyakan orang lain, intinya punya kehidupan normal, tidak lagi penakut dan hidup sendirian di kamarnya. Yeah, seperti kebanyakan drama Korea  yang romantis, si Enrique ini akhirnya jatuh cinta pada Go Dok Mi.

Berbeda dengan Oh Jae Won yang menunjukkan cintanya kepada Go Dok Mi dengan membiarkan Go Dok Mi tetap tinggal tenang dalam ‘dunia’nya, alias sendirian di kamar, dan mengurung diri, juga menghindari interaksi dengan orang lain dan dunia luar,  Enrique Geum menunjukkan cintanya kepada gadis itu dengan cara yang lain.

Ia berusaha dengan sangat keras, bahkan sampai memaksa dan terkadang menyeret Go Dok Mi keluar dari kamarnya. Enrique tahu kalau diam terkurung di kamar sendirian serta menutup diri dari dunia luar, bukanlah hal yang baik bagi Go Dok Mi. Enrique ingin Go Dok Mi mengatasi ketakutan dan traumanya. Ia tahu bahwa Go Dok Mi tidak nyaman dengan dunia luar, juga ketakutan jika berada di tengah kerumunan karena trauma masa lalunya, bahkan nyaris tidak pernah bicara kepada orang lain tetapi ia tetap mendorong gadis itu untuk keluar. Meskipun ia berkali-kali ditolak oleh Go Dok Mi, yang tidak ingin dunia kecilnya yang aman terganggu, ia tidak menyerah.

Aku ingat satu kalimat yang pernah diucapkan oleh Enrique,
“ Kalau aku sudah memulai membuat suatu Game, aku tidak akan berhenti sampai melihat akhirnya,”
Enrique tidak menyerah sampai akhirnya Go Dok Mi mau keluar dari kamarnya, mau bergaul dengan orang lain, mengatasi traumanya dengan mantan sahabatnya, bekerja di kantor dan mulai mewujudkan impiannya menjadi penulis dongeng anak-anak.

Pokoknya, ceritanya so sweet ^^… juga banyak adegan lucu dan konyol yang membuat aku sering tertawa sendiri saat nonton,kkkkk…

Saat nonton drama ini, aku teringat pada sosok Yesus dan kita, manusia.

Seperti Go Dok Mi, kita dulunya hidup terkurung dalam dosa.

Kita hidup dalam dunia yang gelap, suram, dan tanpa sukacita ataupun damai sejahtera.

Kita tidak bisa keluar dari kamar ‘dosa’ kita, karena sekuat apapun kita berusaha kita tetap tidak bisa keluar.

Kita takut untuk keluar dari sana, kita merasa kita tidak bisa lepas dari dosa yang mengkungkung kehidupan kita.

Dan akhirnya, lama kelamaan, karena kita terlalu lama hidup dalam dosa, hidup dalam ‘kamar’ yang gelap, sendirian, kita menjadi nyaman dengan kehidupan kita yang penuh dosa, tidak lagi berusaha untuk keluar dari tempat itu, melainkan pasrah saja kalau hidup kita akan selamanya berada di tempat itu. Kita selamanya akan hidup dalam dunia yang gelap, suram, tidak ada masa depan buat kita. Kita tidak mau membuka diri kepada kebenaran dan terang, karena kita sudah terlalu nyaman dengan suasana yang gelap dalam hidup kita.

Dalam drama di atas, tokoh Enrique tanpa kenal lelah meminta Go Dok Mi untuk memulai kehidupan baru, tidak anti-social lagi, tidak  menutup diri lagi, dan menyelesaikan masalahnya dengan sahabatnya.
Hal itu tidak mudah, karena si Go Dok Mi sangat keras kepala. Ia terlalu nyaman ( tapi juga aku pikir ia takut) dengan keadaannya sekarang, sendirian di kamar, tidak ada yang mengganggu, walaupun kesepian, itu lebih baik daripada ia harus keluar dan bergaul dengan orang lain. Enrique harus berusaha sangat keras, bahkan pernah menyeret Go Dok Mi keluar dari kamarnya. Ia juga pernah ditolak mentah-mentah, dimarahi oleh Go Dok Mi yang kesal karena kehidupannya yang ‘diganggu’ oleh Enrique.

Tapi syukurlah, seperti tokoh Enrique yang menolong Go Dok Mi, ada Pribadi Tuhan Yesus yang mau mendorong kita keluar dari kamar ‘dosa’ kita.

Tuhan Yesus tahu kalau kehidupan dalam kamar yang gelap, suram, penuh dosa bukan hal yang baik buat kehidupan kita.

Ia ingin mengeluarkan kita dalam kehidupan yang gelap dan penuh dosa, dan membawa kita pada kebenaran dan terang.

Ia ingin membebaskan kita dari ketakutan-ketakutan, trauma, masalah yang selama ini mengurung kita, dan membawa kita pada kehidupan yang penuh kasih, sukacita dan damai sejahtera.

Hmm,
Berapa kali kita menolak Dia, saat Ia memanggil-manggil nama kita untuk keluar dari kamar ‘dosa’ kita?

Berapa kali kita mengacuhkan Dia, saat Ia mengetuk pintu hati kita, berulang-ulang, tanpa henti, setiap hari? Namun kita pura-pura tidak mendengarnya.

Berapa kali kita membanting pintu di hadapan Tuhan, mengatakan kalau kita tidak suka diganggu dan tidak ingin dipanggil keluar dari kamar ‘dosa’ kita?

Berapa kali kita menyakiti hati-Nya dengan penolakan kita untuk lepas dari dosa?

Kita tidak percaya kalau kehidupan di bawah terang-Nya jauh lebih baik

Kita tidak yakin kalau hidup dengan Tuhan akan nyaman buat kita.

Kita terlalu lama hidup dalam kegelapan, sehingga terang matahari akan menyakiti mata kita, dan membuat kita enggan untuk keluar.

Kita tidak percaya bahwa Ia benar-benar mengasihi kita dan juga janji-janji-Nya, ketika Ia menjanjikan rancangan masa depan yang membawa damai sejahtera dan bukan kecelakaan.

Ketika aku menonton drama tersebut, aku sempat gemes melihat si Go Dok Mi yang cuek, keras kepala, dan gak peduli sama semua usaha Enrique, dan…. aku sadar kalau seringnya aku juga begitu sama Tuhan.

Berapa kali aku ditegur sama Tuhan dan aku cuek, nggak peduli, bahkan sebal? Kayaknya sering, deh.
Sering aku menganggap remeh semua anugerah, kasih karunia, juga berkat-Nya dalam hidup aku.
Ketika membayangkan Tuhan yang kecewa dan sedih karena perlakuan aku pada-Nya, aku merasa malu.
Tuhan, ampuni Farha >,<…

Selain itu, aku juga belajar bahwa kasih Tuhan pada kita itu adalah kasih yang ‘aktif’.
Dalam drama itu, ada dua pria yang jatuh cinta pada Go Dok Mi, Oh Jae Won dan Enrique. Mereka berdua menunjukkan bentuk cinta yang berbeda. Oh Jae Won, menunjukkan kasih yang pasif, kasih yang salah (menurut aku), karena ia membiarkan Go Dok Mi hidup dalam ‘cangkang’ nya, ia menunjukkan kasihnya kepada Go Dok Mi dengan membiarkan kehidupan gadis itu tetap seperti yang ia inginkan. Tertutup, anti social, dan penakut. 
Secara pribadi, meskipun Oh Jae Won ini baik, menyayangi Go Dok Mi dengan tulus, tapi bentuk kasih yang ia tunjukkan itu salah. Membiarkan Go Dok Mi terus hidup secara tertutup dan menjadi pribadi antisocial karena gadis itu merasa nyaman dan kelihatan ‘bahagia’, bukanlah hal yang benar. Pria ini tidak tega membuat Go Dok Mi keluar dari ‘zona nyaman’nya, padahal untuk hidup bahagia, Go Dok Mi harus mau keluar dari ‘zona nyaman’nya alias kamarnya, dan mulai hidup bergaul dengan orang lain.

Sebaliknya, bentuk kasih yang ditunjukkan Enrique, adalah bentuk kasih yang aktif. Sama seperti Tuhan Yesus yang tidak ingin membiarkan kehidupan kita dikuasai dosa dan hidup dalam kegelapan. Tuhan Yesus berusaha agar kita mau keluar dari kehidupan kita yang penuh dosa. Tidak berhenti memanggil nama kita, berdiri di depan pintu dan tanpa henti mengetuk. Sebanyak apapun kita memberi kata penolakan, ia tidak pernah menyerah terhadap kita.

Dan ekspresi kasih terbesar yang Ia lakukan buat kita adalah dengan mengorbankan nyawa-Nya di kayu salib. Karena Ia begitu mengasihi kita, Ia mengambil posisi kita sebagai ‘pendosa’ dan dihukum mati. Semua itu agar kita bisa keluar dari kungkungan dosa, tidak hidup lagi dalam kegelapan tapi dalam terang, hidup kekal bersama dengan-Nya selamanya di sorga.

Saat merenungkan hal ini, aku merasakan ada sukacita, karena sekali lagi Tuhan mengingatkan aku bahwa betapa aku sangat dicintai oleh-Nya.
Dan fakta bahwa Tuhan rela melakukan apapun untuk membuat aku menyadari betapa besar kasih-Nya, untuk membuat aku menyerahkan hidupku kepada-Nya, I feel so loved, so grateful. I’m precious in His eyes.

Terimakasih Yesus, karena Engkau telah menarik aku keluar dari kungkungan dosa dan memberiku hidup yang baru di bawah terang-Mu.

God bless,,