Pas Saat Teduh pagi ini, aku
membaca dalam Yesaya 42 : 1 – 9.
Di ayat 3 tertulis,
A bruised reed he will not break, and a smoldering wick he will not
snuff out. In faithfulness he will bring forth justice. (NIV)
Actually, dalam ayat 1-9 diceritakan tentang Hamba Tuhan yang akan
mengadakan pembebasan dan penyelamatan (ayat 7) dan keadilan bagi bangsa-bangsa
(ayat 1), tapi yang paling menarik perhatian aku adalah ayat 3 tadi.
Kalau terjemahan bahasa
Indonesianya,
Buluh yang patah terkulai tidak
akan dipatahkannya, dan sumbu yang pudar nyalanya tidak akan dipadamkannya,
tetapi dengan setia ia akan menyatakan hukum (TB)
Aku jadi sadar bahwa, akulah si
buluh yang patah terkulai itu, sumbu yang pudar nyalanya.
Apa kesan kita saat melihat
ranting buluh yang hampir patah dan terkulai? Angin bertiup sedikit kencang
saja ia pasti langsung patah dan ditiup angin pergi. Lemah, rapuh, dan tidak
berguna.
Dan apa yang diharapkan dari
sumbu yang pudar nyalanya? Kalo versi NIV disebut smoldering wick, sumbu yang membara – sumbu yang sudah nggak ada
lagi apinya, tinggal baranya. Apa lagi yang diharapkan darinya?
Tapi, Tuhan Yesus, dengan segala
kelembutan-Nya, belas kasihan-Nya juga cinta-Nya, Ia tidak mematahkan buluh
yang terkulai itu atau mematikan sumbu yang pudar nyalanya itu.
Dalam Yesaya 42 ini, aku melihat
gambaran Tuhan Yesus yang penuh roh kelemahlembutan dan belas kasihan. Hati-Nya
sungguh luar biasa, karena Ia masih mau melihat dan mengasihani manusia yang
penuh dengan kelemahan, kekurangan dan juga dosa, seperti aku.
Bukan hanya dikasihani tapi juga
memberikan anugerah keselamatan bagi diriku, kehidupan kekal setelah kematian,
bersama-Nya. Wah, betapa aku dianggap berharga oleh Tuhan.
Setelah aku membaca ayat ini, aku
menyadari sesuatu bahwa, aku berharga.
Aku berharga bukan karena aku
pintar, atau cantik, atau rajin pelayanan, atau baik.
Aku berharga bukan karena apa
yang aku miliki atau aku lakukan.
Sebenarnya, aku seperti buluh
yang terkulai atau sumbu yang pudar nyalanya itu.
Tapi, aku berharga. Karena Tuhan menghargai aku.
Itulah alasan kenapa aku berharga, karena di mata Tuhan aku ini berharga.
Jadi ingat lagu ini, judulnya Hidupmu berharga, udah lupa siapa yang nyanyi ^^.
Hidupmu berharga bagi
Allah
Tiada yang tak
berkenan di hadapan-Nya
Dia ciptakan kau
s’turut gambar-Nya
Sungguh terlalu indah
kau bagi Dia
Dia berikan kasih-Nya
bagi kita
DIa t’lah relakan
segala-galanya
Dia disalib tuk tebus
dosa kita
Karena hidupmu
sangatlah berharga
Buluh yang terkulai
takkan dipatahkannya
Dia kan jadikan indah
sungguh lebih berharga
Sumbu yang t'lah
pudar takkan dipadamkannya
Dia kan jadikan
terang untuk kemuliaan-Nya
Di tangan Tuhan, buluh yang
terkulai dan hampir patah itu bisa jadi barang berharga.
Sumbu yang hampir pudar nyalanya
itu, bisa dipakai-Nya untuk menerangi seisi rumah.
Luar biasa bukan Tuhan kita?
Aku benar-benar bersyukur dan
bersukacita karena-Nya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar