Selasa, 29 Januari 2013

Hujan 27 Januari



Tanggal 27 Januari kemaren, kota tempat tinggal aku, Manado, mengalami cuaca buruk. 
Pas aku bangun pagi jam 4, hujan disertai angin melanda dan keadaan seperti itu berlangsung sampai siang. Aku nggak bisa lihat matahari pas hari itu, sepanjang hari itu menduuuungg dan gelap.

Ketika hari agak sore, cuaca mulai membaik. Hujan reda, meskipun awan gelap masih menggantung.
Sore itu, pukul 3 sore, aku menghadiri ibadah Remaja Wilayah di jemaat tetangga, meskipun sebenarnya merasa agak khawatir, karena di kebaktian Malam di gereja aku bertugas jadi singer (klo di gereja aku istilahnya prokantor/kantoria), takutnya aku datang telat ke gereja.

Tapi… aku ‘maksa’ banget datang ke ibadah itu, hehehe… Somehow, aku pengen aja datang, entah kenapa. Aku pergi dengan Penatua dan adik-adik remaja aku, dan kita datangnya agak telat.
Kami nyampe di gereja Victory pukul setengah 4, dan coba tebak?
Kami adalah peserta pertama, wkwkwk… 
Ibadahnya molor karena Komisi Remaja yang lain belum datang juga ternyata.

Aku mulai merasa cemas dalam hati, tapi berusaha menenangkan diri, kalo ibadahnya akan dimulai jam 4 tepat. Ibadah Malam di gereja aku jam 6 sore, paling lambat aku harus nyampe di gereja,15 menit sebelum jam 6. Pokoknya, selesai terima Berkat, langsung pulang ke rumah, begitu pikirku.

Tapi… ibadahnya baru mulai jam lima kurang. Dan hati aku benar-benar ketar-ketir karenanya. Di sisi yang satu, aku sudah ingin cepat-cepat pulang, tapi…. masa aku pulang pas ibadahnya baru mulai? Gak enak sama teman-teman yang lain.
Ibadahnya mulai, dan jujur saja, aku gemas karena sesi Praise and Worshipnya memakan waktu yang lama banget. Aku menyanyi memuji Tuhan, tapi sama sekali nggak ada rasa damai sejahtera, karena di pikiran aku tuh, pengen cepat-cepat pulang ke rumah dan prepare buat kebaktian Gereja malam.

Pas pengakuan dosa, aku minta ampun ke Tuhan, aku merasa sangat,sangat berdosa karena aku nggak sungguh-sungguh menyembah-Nya, tapi mau bagaimana lagi… Aku benar-benar sudah terlambat untuk pulang.
Finally, pas Khotbah, Penatua aku yang tahu aku harus bertugas di gereja, memberi isyarat mengizinkan aku untuk pulang. Itu sudah hampir setengah 6 sore. Aku akhirnya pulang sendiri.

Untuk pulang, satu-satunya transportasi yang tersedia adalah OJEK!
Aku menunggu selama kurang lebih 5 menit, sambil berdoa dalam hati, dan akhirnya ada tukang ojek yang lewat. Saat itu, cuacanya masih bagus. Gak hujan, cuma memang mendung.
Tapi… 100 meter dari jalan raya besar, tiba-tiba angin kencang disertai hujan turun.

Aku langsung panik. Gimana caranya aku pulang ke rumah kalau hujan lebat disertai angin badai kayak gini? Apalagi semakin lama hujan dan anginnya tambah deras dan kuat. Posisi aku saat itu dekat laut dan aku ngeri melihat lautan yang bergelora, ombaknya ngamuk kesana kemari dan langit sangat gelap.

Puji Tuhan, si tukang ojek itu masih bersedia untuk mengantar aku sampai ke rumah, padahal cuacanya sangat, sangat buruk. Unfortunately, tukang ojek itu hanya punya 1 jas hujan. Bapak itu bertanya kalau aku nggak apa-apa basah kuyup, dan setelah mikir beberapa detik, I think it’s okay.
Yang ada di pikiran aku itu adalah yang penting aku sampai di rumah sebelum jam 6 sore.
Aku berdoa lagi dalam hati agar Tuhan menyertai perjalanan kami, soalnya jalanan jadi benar-benar licin karena hujan lebat.

Aku basah kuyup, dan kedinginan, Alkitab yang aku pegang pun nyaris basah. Dalam hati aku pengen nangis, dan sempat nanya dengan nada marah dalam hati ke Tuhan,
“ Tuhan kok tega ya bikin aku kayak gini? Tuhan kan tahu aku tuh mau pelayanan, kok aku bisa ditimpa kesialan kayak gini?”
Aku benar-benar gak ngerti kenapa aku diizinkan ‘menderita’ seperti itu.
Syukurlah, aku tiba dengan selamat meski seluruh tubuh basah kuyup dan menggigil kedinginan.
Makasih banyak buat bapak tukang ojek yang bersedia mengantar aku karena tahu aku mau ke gereja ^^.

Pas lihat keadaan aku, Mama hanya geleng-geleng kepala dan aku langsung lari ke kamar mandi, mandi terus siap-siap. Dan pas masuk ke kamar, ternyata listrik mati. Aku setengah mati mencoba untuk tidak bersungut-sungut, walau rasanya sangat susah.

Setengah berlari aku berjalan ke gereja, lima menit lagi jam enam sore.
Dan aku masih ‘ngomel’ ke Tuhan, kenapa Tuhan tega-teganya?

Then, aku bisa mendengar Ia berbisik,
“ Baru halangan kecil seperti hujan ini saja kamu sudah mengeluh. Banyak orang Kristen yang bahkan tidak bisa ke gereja karena bisa dibunuh, Farha,”

Dan hati aku seperti dicubit. Sakit.
Teguran Tuhan itu memang sakit.
Dan pada saat itu aku benar-benar merasa malu sama diri sendiri. 
Aku nggak tahu mengucap syukur.
Aku nggak tahu menghargai berkat Tuhan.

Yup, aku teringat ada begitu banyak orang Kristen di luar sana yang nggak bisa ke gereja.

Gereja mereka dibakar, ataupun mereka dilarang beribadah sama orang-orang sekitar maupun pemerintah.

Ada anak-anak Tuhan yang menempuh jarak berkilo-kilometer untuk beribadah.

Ada anak-anak Tuhan yang beribadah di gereja kecil yang sangat,sangat sederhana, bahkan mungkin gak ada listrik atau tempat duduk.

Ada anak-anak Tuhan yang beribadah terpaksa harus sembunyi-sembunyi karena terancam ditangkap bahkan dibunuh.

Betapa beruntungnya aku bisa tinggal di daerah yang bisa beribadah dengan leluasa. 
Kalau ke Sulawesi Utara, apalagi di Minahasa, ada begitu banyak gereja, dan banyak yang merupakan bangunan megah. Disini setiap anggota jemaat seakan berlomba untuk membangun gereja yang megah dan nyaman bagi jemaatnya.

Disini, aku tidak perlu takut untuk pergi ke gereja. 
Disini, aku nggak perlu menempuh jarak berkilo-kilometer untuk ke gereja. 
Disini, aku beribadah di gereja yang besar, megah dan nyaman. 
Disini, aku nggak pernah dilarang untuk ke gereja.

Dan aku sadar aku nggak pernah sekalipun mengucap syukur karena hal itu.
Malahan aku ngeluh dan marah ke Tuhan karena aku harus kehujanan, basah kuyup untuk ke gereja.
Padahal, banyak orang Kristen yang tiap minggu mengalami halangan yang sangat besar untuk sekedar beribadah di gereja.

Ampuni aku, Tuhan karena aku nggak mengucap syukur atas berkat yang Engkau berikan kepadaku.
Sekarang aku jadi belajar untuk mengucap syukur dalam segala keadaan.

Melalui hujan 27 Januari kemarin, Tuhan menegur aku untuk mensyukuri hal yang mungkin kelihatan sepele buat aku selama ini, tapi bagi orang lain adalah hal yang sangat,sangat berharga,

KEBEBASAN BERIBADAH J

Dan aku benar-benar belajar untuk mesyukuri hal itu. Lain kali, ketika aku punya halangan untuk ke gereja, aku akan mengingat bahwa betapa banyaknya orang Kristen yang punya kesulitan untuk datang beribadah.

God Bless,,

Minggu, 27 Januari 2013

When God says no to something that seems so right

Commit to the Lord whatever you do, and He will establish your plans. (Proverbs 16:3)


Just because something looks and feels right does not mean it's God's will. 

It might be a good and beneficial thing or relationship but not necessarily in line with God's plan for your life. 

Sometimes we get so caught up on how good something feels that we neglect to simply ask, "Lord is this your will". A simple yet powerful question, that can possibly save you years of grief and regret. 

Something that looks like a set-up can very well be a set-back. 

But you have a loving, all knowing Heavenly Father that desires you to run to Him and embrace the foresight He offers. Holy foreknowledge that will keep you from adversity and harm's way. 

He's calling you to blindly trust Him with your life and seek Him. 

Share your plans, your relationships, your desires, and place them before Him; 

confirm if it's all indeed in line with His will. 

God promises to guide you and lead you in straight paths, to help you walk and not be held back,

He will always steer you in the right direction, the direction He has planned out just for you.(Proverbs 4:11-12) This path might not be the easiest nor the most convenient but it'll be perfect because it's right where He wants you to be. 

-Source : Spiritually Single (http://spirituallysingle1.blogspot.com/)






Sungut-sungut dan Jumbai Peringatan



Sampai hari ini, progress Baca Alkitab Setahunku sudah sampai di kitab Bilangan.




Yeayyy…!




Nggak mudah memang, dan setiap hari itu jadi tantangan tersendiri buat aku untuk baca Alkitab minimal 10 pasal tiap hari.




Pagi ini, aku membaca sampai kitab Bilangan pasal 16 dan ada dua hal yang aku pelajari selama aku membaca kitab Bilangan ini.



Oh ya, Kitab Bilangan ini, memuat perjalanan bangsa Israel sampai ke tepi sungai Yordan, tepat sebelum memasuki tanah Kanaan. Dan mengapa disebut kitab Bilangan? Hmm, aku belum tahu secara pasti sih, masih harus cari tahu lebih banyak lagi,wkwkwk... tapi di kitab ini banyak sekali dimuat jumlah orang, jumlah persembahan, dan sebagainya, yang berhubungan dengan bilangan (penjelasannya payah, maaf yah :p)



Ok, kembali ke dua hal tadi, yang aku dapat selama baca kitab Bilangan ini.



1.  Tuhan sangat membenci sungut-sungut.



Sejak bangsa Israel keluar dari tanah Mesir, nggak terhitung banyaknya bangsa Israel bersungut-sungut sama Tuhan, Musa juga Harun. Kalau dibaca dari kitab Keluaran, mulai dari menyeberangi Laut Teberau saja, bangsa Israel sudah bersungut-sungut, terus di Mara, kemudian kalau di kitab Bilangan ini, pada pasal 11, orang Israel bersungut-sungut karena nggak bisa makan daging, juga ada pemberontakan Korah, Datan dan Abiram di pasal 16.



Menurut aku, salah satu penyebab bangsa Israel itu bersungut-sungut, karena mereka tidak mengenal Tuhan dengan pengertian yang benar.

Orang Israel hanya melihat tangan Tuhan, tapi tidak mencari wajah-Nya.
Orang Israel berpikir bahwa Tuhan Allah adalah Allah yang berkuasa, dingin, keras dan hobinya menghukum yang salah, dan berniat membuat mereka menderita di padang gurun.
Padahal sebaliknya, Tuhan Allah adalah Tuhan yang panjang sabar dan kasih setia-Nya berlimpah-limpah ( Bilangan 9:11)
Bangsa Israel salah mengartikan janji Tuhan tentang Tanah Kanaan. Mereka berpikir bahwa untuk sampai ke tanah Kanaan mereka nggak perlu melewati fase padang gurun, langsung saja sampai ke tanah Kanaan dan mereka hidup bahagia selamanya disitu.


Bangsa Israel nggak mengenal Tuhan dengan benar, mereka nggak mencari wajah-Nya, akibatnya mereka punya pengenalan yang salah akan Tuhan.

Sehingga, ketika mereka harus melewati fase padang gurun, dimana mereka merasa nggak nyaman, menderita dan sebagainya, mulailah mereka bersungut-sungut dan mengeluh kepada Tuhan.
Bangsa Israel hanya mau janji-Nya Tuhan, tapi mereka tidak mau mengenal siapa Tuhan itu sebenarnya, dan apa yang Tuhan kehendaki dalam hidup mereka.


Seringkali, kita pun demikian.

Kita hanya mau melihat tangan Tuhan, bukan mencari wajah-Nya.
Kita mengenal Tuhan dengan pengenalan yang salah tentang Dia.
Kita sering menganggap Tuhan itu kayak kartu kredit atau kayak kartu ATM, yang kita bisa minta apapun dari-Nya dan Dia bakal kasih apa yang kita minta.
Tanpa sekalipun kita berniat untuk mengenal Tuhan lebih dekat, lebih intim, mencari wajah-Nya, dan bukan hanya sekedar tangan-Nya.


Makanya kita sering bersungut-sungut, ketika kita tidak menerima apa yang kita minta dari Tuhan, ketika banyak masalah dan tantangan hidup menerpa kehidupan kita, ketika Tuhan menempatkan kita di fase padang gurun, keluar dari zona nyaman kita, tanpa kita mau tahu apa tujuan Tuhan mengizinkan itu semua terjadi.

Kita tidak mau cari tahu apa kehendak Tuhan.
Karena kita punya pengenalan yang salah akan Tuhan, makanya kita terkadang tidak bisa mengerti rencana Tuhan dalam kehidupan kita.
Kita bersungut-sungut, dan pada akhirnya menyalahkan Tuhan, dan… meninggalkan-Nya.
Tuhan sangat membenci roh bersungut-sungut.
Hukuman bagi bangsa Israel karena mereka bersungut-sungut adalah kematian.


Dalam Bilangan 11: 1-3, Tuhan menghukum orang yang bersungut-sungut dengan api Tuhan. Kemudian, pada ayat 31-35, Tuhan menghukum orang-orang yang bernafsu rakus, yang bersungut-sungut meminta daging, dengan tulah dan menyebabkan kematian. Kemudian, dalam Bilangan 16: 1-50, ada pemberontakan Korah, Datan dan Abiram. Mereka semua bersungut-sungut kepada Musa dan Harun dan memberontak. Datan dan Abiram beserta seisi rumahnya mati ditelan bumi, sedangkan Korah dan pengikutnya, mati terbakar oleh ukupan perbaraan di Kemah Pertemuan. Selanjutnya, orang Israel kembali bersungut-sungut kepada Tuhan, sehingga Tuhan menimpakan tulah kepada mereka dan sebanyak 14.700 orang mati karena bersungut-sungut.



Jika sampai sekarang masih ada roh sungut-sungut di antara kita, artinya kita tidak mengenal Tuhan dengan pengertian yang benar, kita tidak mempercayai kuasa Tuhan, dan juga kita meragukan rencana Tuhan dalam hidup kita.



That’s why, Tuhan membenci sikap bersungut-sungut, karena kita seolah menantang Tuhan, gak percaya bahwa He can provide us, He will brought us an abundant life.



Zaman sekarang memang Tuhan gak menghukum mati orang yang bersungut-sungut. Tapi, ketika kita mulai bersungut-sungut, iman kita kepada Tuhan perlahan mulai mati. Pada akhirnya, jika kita terus menerus bersungut-sungut, kita nggak lagi percaya sama Tuhan dan mengingkari iman kita.



Daripada bersungut-sungut, mari kita memilih untuk bersukacita dalam segala hal dan setiap waktu.

Daripada bersungut-sungut, mari kita memilih untuk senantiasa mengucap syukur.
Daripada bersungut-sungut, mari kita memilih untuk menghitung berkat yang telah Tuhan berikan bagi kita.
Ketika keadaan sepertinya menekan kita untuk menjadi orang yang bersungut-sungut, just remember God’s promise to us. Baca deh, Yeremia 29 :11 ^^.


Tuhan mengizinkan kita untuk menghadapi tantangan dan pergumulan setiap hari, bukan untuk menyakiti kita, tapi itu semua adalah bagian dari rencana-Nya untuk memurnikan kita, membuat kita semakin serupa dengan-Nya.

Sama seperti emas yang dimurnikan dengan pemanasan pada suhu yang sangat tinggi, kita pun juga demikian.


Dan selain itu, mari belajar untuk mengenal Tuhan dengan pengenalan yang benar. Cari wajah Tuhan, bukan sekedar tangan-Nya. Tuhan berkenan pada orang yang dengan segenap hatinya mencari wajah-Nya, yang berseru kepada-Nya (Yeremia 29:12-14).




2.  Jumbai peringatan (Bilangan 15: 37-41)



Tuhan memerintahkan kepada Musa untuk menyampaikan kepada orang Israel, agar mereka membuat jumbai-jumbai pada punca baju mereka, yang dibubuhi benar ungu kebiru-biruan. Jumbai-jumbai itu dibuat sebagai peringatan akan setiap perintah Tuhan.



Jumbai itu harus dipasang di pakaian setiap orang Israel, agar ketika mereka melihat jumbai tersebut mereka mengingat perintah Tuhan dan melakukannya.

“ You will have this tassels to look at and so you will remember all the commands of the Lord, that you may obey them and not prostitute yourselves by chasing after the lusts of your own hearts and eyes. Then you will remember to obey all my commands and will be consecrated to your God.”(Numbers 15: 39-40, NIV)
Tuhan ternyata menginginkan umat-Nya senantiasa mengingat akan perintah-Nya dan melakukannya, sehingga jumbai itu dipasang di pakaian bangsa Israel yang tentunya akan mereka pakai setiap hari.


Tuhan ingin, agar dimanapun kita berada, apapun yang kita kerjakan, kita selalu mengingat akan perintah dan ketetapan-Nya.



Menurut aku, jumbai peringatan itu, kalau zaman sekarang ini, adalah firman Tuhan. Tuhan menginginkan agar firman-Nya itu menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam kehidupan anak-anak-Nya.



Tuhan menginginkan agar kita selalu mengingat firman-Nya setiap saat, dimanapun kita berada, apapun yang kita kerjakan, sehingga kita terhindar dari perbuatan yang tidak berkenan kepada-Nya.



Ini jadi ‘cambuk’ buat aku untuk semakin rajin dan tekun untuk baca firman Tuhan dan merenungkannya, juga tentunya melakukan firman itu setiap hari.



Dan ini juga jadi ‘cambuk’, hehehe… agar aku nggak bolong-bolong lagi hafal satu ayat Alkitab tiap hari. Salah satu ‘jumbai peringatan’ yang bisa kita bawa tiap hari adalah ayat Alkitab yang kita hafal.

Mari kita menjahit ‘jumbai peringatan’ dalam hati dan pikiran kita, lewat firman Tuhan.


God bless,,


Jumat, 25 Januari 2013

Farmasis bercerita....

Hai, hai....
Annyeonghaseyooo #bow90degrees..


Kali ini saya mau nulis yang berkaitan dengan bidang yang saya tekuni, yaitu farmasi.



Saya lulusan diploma III Farmasi dan profesinya disebut Asisten Apoteker. 

Setelah 3 tahun kuliah yang menguras otak karena susyaahnya minta ampun, lumayan menguras uang juga (tapi kayaknya sekarang dimana-mana pendidikan itu mahal), saya benar-benar lega karena bisa lulus dengan nilai yang baik pula ^^.


Sebelum kerja di tempat kerja aku sekarang, aku pernah kerja part-time di apotek kecil, jadi double job, pagi di laboratorium, sore di apotek. Tapi sekarang sudah berhenti karena aku rasa aku nggak sanggup kerja dari pagi sampe malam tiap hari, dan kerja part time di apotek itu, walaupun gajinya lumayan, tapi aku kehilangan waktu untuk pelayanan dan keluarga.



Pengalaman aku kerja di sarana kesehatan publik memang singkat, tapi cukup banyak hal berharga, pelajaran dan pengalaman yang aku dapat.



Menjadi seorang farmasis itu.. menurut pengalaman aku yah (catet, menurut pengalaman aku,loh)... nggak mudah, hehehe...



Pertama, persepsi kebanyakan orang ketika tahu kalau aku lulusan Farmasi adalah bahwa aku tahu semuanya tentang obat.

Sehingga, ketika mereka merasa sakit atau ada yang kurang beres dengan tubuhnya, mereka langsung nanya ke aku apa obatnya.
Memang kewajiban seorang farmasis adalah memberitahu informasi obat kepada orang lain, juga WAJIB lah tahu segala macam jenis obat. Apalagi dengan adanya swamedikasi atau pengobatan sendiri, peran farmasis sangat penting dalam memberikan informasi mengenai obat-obatan kepada pasien.
Tapi.... bukan berarti seorang farmasis punya hak untuk untuk memutuskan obat apa yang harus diberikan kepada pasien atau orang yang sakit. Itu sangat beresiko , lho...


Karena seorang farmasis mungkin tahu segalanya tentang obat, tapi ia tidak punya kemampuan (secara legal )untuk mendiagnosa penyakit. Kami memang belajar ilmu Farmakologi, tentang penyakit dan obatnya, tapi gak belajar soal diagnosa pasien. Itu adalah bagiannya dokter ^^.

Ketika seseorang mengeluh batuk berdahak, mungkin kita bisa dengan entengnya bilang minum saja obat batuk golongan ekspektoran, tapi... bagaimana kalau ternyata sakit batuk orang tersebut karena infeksi paru-paru, atau ada sebab yang lain? Seharusnya orang tersebut dikasih antibiotik, dan orang awam biasanya kagak peduli mereka batuk gara-gara apa, yang mereka mau adalah batuknya sembuh. Titik.


Untuk mengetahui jenis pengobatan apa yang dibutuhkan pasien, diagnosa itu penting. Penting sekali. Makanya, kalau ada orang yang sakit dan nanya obat apa yang harus diminum, aku berusaha sekali untuk cari tahu riwayat penyakit orang tersebut, nanyain gejala-gejalanya maupun obat yang pernah orang itu konsumsi. Yah, dengan pengetahuan yang aku miliki, aku berusaha mencari tahu obat yang tepat untuk orang itu. 

Dan kalau aku rasa penyakitnya parah, atau aku ragu untuk kasih advice obat apa yang harus diminum, aku langsung bilang untuk konsultasi ke dokter. 


Pelajaran yang aku dapat selama jadi farmasis, walaupun aku baru Asisten Apoteker (doakan agar bisa secepatnya jadi Apoteker, yah...) adalah jangan sok tahu dan seenaknya kasih advice mengenai obat. Kalau memang gak tahu, gak yakin, atau ada keraguan lebih baik jangan! 

Obat itu racun, benda asing yang masuk ke dalam tubuh. Yang membedakan obat dengan racun, adalah dosisnya, kata Paracelsus ^^. 
Jangan ragu untuk baca buku resmi, bertanya pada apoteker, atau pada dokter. 



Kedua, pengetahuan yang bisa jadi dosa.

Selama ini, nggak sedikit teman, bahkan keluarga yang menanyakan pertanyaan yang bikin saya kesal.
Obat untuk aborsi.
Actually, sebenarnya gak ada obat yang diciptakan untuk aborsi. Puji Tuhan, karena gak ada ilmuwan maupun ahli farmasi yang menciptakan obat kayak gitu.
Tapi, ada obat-obatan yang kontra indikasi-nya pada ibu hamil. Kontra indikasi adalah keadaan dimana obat tersebut tidak boleh diberikan, karena bisa berbahaya bagi orang yang meminumnya.
Jadi, sebetulnya obat-obatan yang biasa dipakai orang untuk aborsi, adalah obat-obatan yang memiliki kontra indikasi terhadap ibu hamil, yaitu keguguran.
So... ini adalah penyalahgunaan obat. Sama kayak narkoba.


Tapi, suatu kali teman dekatku nanya soal itu, dan karena sambil nangis-nangis, akhirnya aku kasih tahu. Dan jujur saja, aku sangat menyesal, dan minta ampun ke Tuhan. Sejak saat itu, aku nggak pernah mau kasih tahu orang. Sekalipun kasihan, sekalipun mereka itu anggota keluarga aku...



Oh ya, yang sering bikin aku miris sekaligus gemas, karena dari sekian orang yang nanya ke aku soal begituan, sebagian besar adalah cowok. Biasanya sih, sang cewek mau pertahanin janinnya, tapi cowoknya kagak mau tanggung jawab, jadi dipaksa aborsi. 

Benar-benar kesal deh, kalau kayak gitu. 


Tapi ada hal lain yang bikin aku marah.

Ketika ada orang, yang tahu tentang obat, menggunakan pengetahuannya itu demi uang.
Selama ini aku memang belum nemuin seorang lulusan farmasi yang jual obat-obat yang bisa bikin aborsi dengan harga yang sangat tinggi, tapi ada apotek-apotek tertentu yang pemiliknya atau pegawainya (bukan farmasis) yang tahu soal ini, menjual obat-obatan tersebut dengan harga yang sangat tinggi. Bukan main-main,1 tablet bisa dijual 100 ribu!


Menurut aku, disinilah peran takut akan Tuhan. Benarlah kalau Salomo bilang, permulaan pengetahuan adalah takut akan Tuhan (Amsal 1:7). Kalau kita nggak takut akan Tuhan, maka pengetahuan yang kita punya bisa kita salah gunakan.



Ketiga,tingginya tingkat self-medication atau Pengobatan sendiri.



Sebenarnya, self-medication atau Swamedikasi atau pengobatan sendiri ini tidak ilegal, malah ada dasar hukumnya yaituPermenkes No.919/MENKES/PER/X/1993

Secara sederhana, swamedikasi itu adalah upaya pengobatan dimana pasien mengobati dirinya sendiri tanpa pengawasan dari dokter.Inilah sebabnya kita dengan mudah bisa membeli obat-obatan tertentu tanpa resep dokter, baik di apotek, supermarket, dan warung. 
Nah, meskipun kita bebas membeli dan menggunakan obat-obatan tersebut, ada tapinya...
Swamedikasi itu hanya untuk penyakit yang ringan, umum dan tidak akut. Dan sebaiknya berkonsultasi dengan tenaga kesehatan, khususnya apoteker.


Yang aku jumpai, sekarang kebanyakan orang lebih suka melakukan swamedikasi, tapi tidak teliti. 

Kebanyakan terpengaruh dengan iklan-iklan obat di media massa, dan akhirnya tidak membaca dengan teliti brosur obat tersebut. Gak semua yang dibilang di iklan itu bener loh... seringnya ada efek-efek samping yang nggak dibilang di iklan tersebut.
Juga ada orang yang suka mengambil kesimpulan sendiri soal penggunaan obat.
Ini nih yang berbahaya. 
Seharusnya kalo beli obat, apalagi di apotek, tanyakan ke Apotekernya atau Asisten Apoteker mengenai obat tersebut. Alangkah baiknya, kalau kalian kasih tahu gejala-gejala apa yang kalian alami, kemudian obat-obatan apa yang pernah kalian minum sebelumnya, punya penyakit lain atau tidak. 
Jangan ragu dan jangan malu untuk bertanya!
Itu memang tugas seorang farmasis, kok... Untuk memberikan informasi obat kepada pasien.
Jangan ragu untuk meluangkan waktu beberapa menit untuk berkonsultasi dengan apoteker mengenai obat yang kalian gunakan. Sama sekali nggak rugi! 


Sebagai seorang farmasis, aku ingin bilang ini:

Jadilah pasien yang cerdas.
Jangan sembarangan memutuskan mengonsumsi obat-obatan. Even itu obat herbal yang katanya kagak ada efek samping. Even itu resep nenek moyang. Alangkah baiknya cari tahu dulu informasi tentang obat-obatan itu. Tanyakan pada tenaga kesehatan yang kompeten, pada dokter, perawat atau apoteker. Atau coba browsing internet, zaman sekarang banyak sekali info tentang obat di internet yang mudah diakses.


Jangan selalu minum obat.

Lha, advice apa-apaan ini? Hehehehe....
Ya, sebagai farmasis, aku menyarankan agar jangan 'hobi' minum obat. 
Sakit flu dikit, minum obat. 
Sakit perut, langsung minum obat diare. 
Susah BAB, langsung minum obat pencahar.
  
Seperti yang sudah aku bilang di atas, obat itu pada dasarnya adalah benda asing dalam tubuh. Tubuh kita akan bereaksi pada jika ada benda asing yang masuk. Tapi...kalo sering minum obat, tubuh kita justru jadi kurang responsif dan cenderung lebih rentan kena penyakit. Dan setiap obat punya efek sampingnya, jika digunakan dalam jangka waktu yang lama, dan sering. Bacalah dengan teliti brosur obat yang digunakan.
Saran aku sih, kalau hanya flu, lebih baik minum air hangat, makan makanan yang bergizi, banyak istirahat dan konsumsi vitamin B kompleks dan C (bila perlu). Biarkan imun tubuh kita yang 'menumpas' virus flu tersebut.
Obat-obatan flu yang ada hanya mengobati GEJALAnya bukan PENYEBABnya.
Kemudian kalau susah BAB, jangan sering-sering minum obat pencahar, gak bagus buat usus dan sistem pencernaan kita.


Tapi... jangan sampai malas minum obat yah, kalo memang harus minum obat,hehehe...



Jadilah pasien yang taat :DD

Iya, jadilah pasien yang taat,  manis dan dengar-dengaran. Rajin dan teratur minum obat, kalau ada obat antibiotik harus diminum sampai habis dan jangan putus. Kalau dibilang 3 kali sehari, minumlah obatnya tiap 8 jam sekali. Kalau dibilang kagak boleh makan atau minum sesuatu selama minum obat tertentu, yah jangan bandel, nanti yang susah kalian sendiri kalo gak sembuh-sembuh. Kalo dibilang obatnya diminum sebelum makan, itu artinya 1 jam sebelum makan, kalo setelah makan, diminum 2 jam setelah makan. Ah, nanti aku bakal nulis soal pemakaian obat yang rasional ^^.
Kita harus ingat kalau kesehatan itu mahal harganya.


Pas aku magang di RS, apotek, puskesmas juga ke daerah pedesaan, aku menemukan banyak orang yang nggak 'taat' kalo minum obat, akibatnya penyakitnya tambah parah dan nggak sembuh-sembuh. Dan ternyata ketaatan minum obat ini, bukan hanya masalah yang dialami oleh orang-orang yang tingkat ekonomi dan pendidikannya rendah, tapi juga sampe orang yang tingkat ekonomi maupun pendidikannya tinggi mengalaminya juga.

Sedih sih melihat kenyataan ini, karena banyak warga Indonesia yang punya pengetahuan yang minim mengenai penggunaan obat, dan akibatnya mereka keliru menggunakan obat. Juga sedih karena ada orang yang sudah tahu tapi bandel.... 


Yah, aku rasa untuk sekarang ini itulah yang aku ingin bilang, huehehehe...



Jujur saja ya, sebelum mengenal dunia farmasi, aku juga bersikap masa bodo sama penggunaan obat dan gak peduli-peduli amat soal kesehatan, wkwkwk... Tapi setelah kuliah di bidang ini, jadi sadar betapa berharganya kesehatan itu dan punya beban agar masyarakat Indonesia itu care dengan kesehatan mereka sendiri juga their environment's health. 



Wujudkan Indonesia Sehat!



God bless,,
















Sabtu, 12 Januari 2013

KEPOMPONG





Semua pasti tahu tentang kepompong.
Semua yang pernah duduk di SD dan belajar metamorphosis serangga di mata pelajaran IPA pasti tahu soal kepompong.
Kepompong adalah salah satu siklus hidup dari kupu-kupu. Pertama, ia adalah sebuah telur, menetas menjadi ulat, dan kemudian dibungkus menjadi kepompong lalu ia keluar menjadi kupu-kupu yang indah.
Kenapa aku jadi nulis soal kepompong?
Ini dimulai pas ibadah Minggu tanggal 30 Desember 2012 kemaren.
Aku menghadiri ibadah Minggu, ibadah itu sekaligus dengan ibadah peneguhan K’Reiny sebagai seorang Pendeta.
I was so excited! Gak setiap tahun kita bisa melihat peneguhan seorang Pendeta di gereja, also, K’Reiny adalah seorang hamba Tuhan yang aku hormati dan sayangi ^^.
She is such a lovely, charming and gentle woman who I adore. Jadi aku turut gembira saat mendengar bahwa K’Reiny akan diteguhkan menjadi seorang Pendeta.
Ibadah Peneguhan Pendeta sangat hikmat, dan bikin aku merinding juga pengen nangis.
Ada yang pas K’Reiny nyanyi solo “Ya Yesus Ku Berjanji” aku jadi pengen nangis saking tersentuh dan terharu :').
JUga pas para Pendeta senior menumpangkan tangan sama K’Reiny.
Terus ada juga momen menarik dimana Pendeta dari BPS GMIM memperkenalkan macam-macam stola, perlengkapan pembaptisan, perlengkapan Perjamuan Kudus, mimbar dan jemaat.
Dan saat pelayanan Firman Tuhan yang dipimpin sendiri oleh Pdt. Reiny Komaling-Moniaga, S.Th ^^, she talked about KEPOMPONG.
Pembacaan Alkitab diambil dari Keluaran 13:17-22, dimana bangsa Israel yang baru keluar dari tanah Mesir tidak dituntung Tuhan lewat jalan yang paling dekat, yaitu lewat orang Filistin, tapi mereka harus memutar lewat padang gurun, yang pada akhirnya mereka selama 40 tahun muter-muter padang gurun sebelum akhirnya bangsa Israel sampai ke tanah Kanaan.
Pertanyaannya, kenapa?
Kenapa Tuhan gak menuntun bangsa Israel lewat jalan yang paling pendek, tapi lewat jalan yang sangat panjang dan melelahkan? Perjalanan yang sebenarnya tidak sampai sebulan, akhirnya jadi empat puluh tahun :O.
Dan akhirnya K’Reiny bilang soal kepompong ini. Proses bangsa Israel menuju tanah Kanaan ini kayak proses dari kepompong menjadi kupu-kupu.
AKu jadi kepikiran juga soal kepompong,hehe…
Tuhan menuntun bangsa Israel melewati padang gurun selama 40 tahun bukan karena Tuhan itu jahat, kejam dan pengen bangsa Israel menderita dulu, tapi sebaliknya, Tuhan ingin yang terbaik buat mereka.
Pertama, kalo bangsa Israel itu lewat wilayah orang Filistin, mereka pasti bakal takut berperang, karena orang-orang Filistin itu kuat bahkan keturunan raksasa. Ingat Goliat? Dia itu salah satu keturunan raksasa dari orang Filistin. 
Tuhan bisa saja membuat orang Israel menang melawan orang Filistin, tentu saja, tapi itu akan membuat orang Israel manja, cengeng, dan gak punya iman, dan malah menyombongkan diri.
So, Tuhan memilih rute lain untuk bangsa pilihannya. Rute yang panjang dan berat, tapi akan menghasilkan hasil yang terbaik untuk mereka.
Simply He just love them.
Kedua, Tuhan ingin membuat bangsa Israel benar-benar siap memasuki tanah Perjanjian, dan Tuhan tahu bahwa untuk mempersiapkan bangsa Israel itu butuh waktu.
Dan bukan salah Tuhan kalau waktunya empat puluh tahun,huehehe…
Itu karena kesalahan bangsa Israel sendiri yang keras kepala, suka bersungut-sungut bahkan sering bikin Allah murka karena dosa-dosa mereka,makanya Tuhan membuat mereka muter-muter di padang gurun empat puluh tahun lamanya.
Selama empat puluh tahun di padang gurun, bangsa Israel belajar untuk benar-benar hanya bergantung sama pemeliharaan Tuhan Allah.
Mulai dari penuntun jalan mereka, yaitu tiang awan dan tiang api. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana jadinya berjalan di padang gurun tanpa perlindungan tiang awan dan tiang api. Tanpa tiang awan dan tiang api itu orang Israel pasti bakal tersesat dan mati di padang gurun.
Kemudian soal makanan, yaitu manna yang turun dari sorga tiap hari.
Juga perlindungan dari musuh-musuh mereka. Peperangan yang harus orang Israel alami gak sedikit selama perjalanan di padang gurun, apalagi pas mereka nyampe di Kanaan dan harus berperang melawan raja-raja bangsa Kanaan.
Lewat empat puluh tahun juga di padang gurun, Tuhan menguji hati bangsa Israel.
Karena dosa-dosa mereka pada akhirnya semua orang yang keluar dari Mesir,kecuali Yosua dan Kaleb, tidak melihat tanah Perjanjian, termasuk Musa. Keturunan merekalah yang pada akhirnya menjadi orang yang menerima janji itu, masuk ke dalam Tanah Perjanjian.
Dan selama empat puluh tahun di padang gurun, Tuhan mengajarkan bangsa Israel banyak hal. Peraturan-peraturan, hukum-hukum, cara beribadah, tempat beribadah dan perkakas-perkakasnya.
See? Tuhan itu bukan asal-asalan membuat orang Israel mengembara di padang gurun dalam kurun waktu yang begitu lama.
He have a purpose, He have a plan, dan seperti kitab Yesaya bilang “ Rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalan-Ku bukanlah jalanmu,”.
Manusia memang tidak bisa memahami rencana Tuhan.
Pada akhirnya, ketika Tuhan melihat bahwa bangsa Israel telah siap untuk masuk tanah Kanaan, Ia sendiri yang membawa, menuntun dan menyertai bangsa Israel untuk masuk dan menduduki Kanaan.
Janji yang Tuhan berikan kepada Abraham, Ishak dan Yakub digenapi beberapa ratus kemudian.
Actually, aku merasa aku sedang ada di fase tersebut. Yah, banyak pergumulan dan tantangan yang aku hadapi dua tahun terakhir ini dan aku masih belum jelas soal panggilan aku dan many more things.
Aku merasa aku berjalan dalam gua yang gelap dan benar-benar gak tahu mo kemana.
Berulang kali aku bertanya sama Tuhan kenapa aku kok kayak dipermainkan, kayak menderitaa banget, kayak Tuhan ngasih aku pencobaan paling berat (padahal enggak :p), pokoknya ada momen-momen yang aku desperate banget, eh, dan kalo dipikir-pikir en diingat-ingat lagi aku jadi malu, karena yang aku alami itu biasa-biasa saja (aku baru nyadar) dan betapa tingkah aku lebaaaayyyy banget ,huehehehe…
Tapi lewat perenungan Firman Tuhan hari Minggu itu, Tuhan secara clearly (weitsss, hehehe) bilang ke aku, kalo aku ini sedang dalam fase kepompong.
KEPOMPONG!
Tuhan, kepompong itu jelek, gendut, jijik, aahhh pokoknya gak banget,deh!
Aku protes.
Tapi kupu-kupu gak akan jadi cantik kalo gak jadi kepompong dulu, Sweetheart… Tuhan berkata.
And I just smiled to Him also nodded.
Yes, He’s right.
Kupu-kupu adalah binatang yang istimewa menurut aku. Karena siklus hidupnya yang tidak biasa.
Kupu-kupu mengalami proses yang namanya metamorphosis. Setahu aku sih, hanya dua binatang yang mengalami metamorphosis, kupu-kupu dan katak.
Ada fase-fase yang harus dilewati oleh kupu-kupu sebelum ia jadi kupu-kupu dewasa.
Telur, menetas jadi Ulat, kemudian dibungkus jadi Kepompong, lalu jadi Kupu-kupu.
Yah, semuanya juga sudah pada tahu kan?
Kalo proses yang paling lama, paling berat adalah fase kepompong.
Saat ulat jadi kepompong, ia harus mengorbankan kebebasan dirinya.
Saat ia dibungkus jadi kepompong, ia gak bakal bisa bergerak kemana-mana lagi, ia harus diam, stay disitu sampai saatnya tiba ia keluar jadi kupu-kupu.
Saat ia dibungkus jadi kepompong, ia gak bakal bisa liat dunia luar. Di dalam kepompong itu pasti gelap.
Saat ia dibungkus jadi kepompong, ia harus bergantung hanya pada zat-zat makanan yang ada dalam kepompong itu.
Saat jadi kepompong, ia jadi mahluk yang lemah, mahluk yang rentan di dalam kepompong itu, dan kepompong itu jadi satu-satunya tempat yang aman buat dia.
Saat ia dibungkus jadi kepompong, ia harus menunggu. Sendirian, Gelap. Juga kesakitan. Karena dalam kepompong itu, tubuhnya mengalami perubahan-perubahan secara perlahan.
Jadi kepompong itu gak enak. Jadi kepompong itu sakit. Jadi kepompong itu menderita.
Sama seperti yang aku alami. Banyak saat-saat yang gak mengenakkan yang harus aku hadapi, kekecewaan, penolakan, dan sebagainya.
Aku benar-benar diuji sama Tuhan setahun belakangan ini dalam banyak hal. Di tempat kerja, di rumah bahkan di pelayanan.
Belum lagi harapan-harapan yang… kelihatannya ‘dihancurkan’ sama Tuhan.
Dan mungkin hal yang paling gak mengenakkan dari fase ‘kepompong’ ini adalah… aku nggak tahu kapan fase ini akan selesai.
Yang pasti, aku tahu kalo fase ini akan selesai ketika aku benar-benar udah cantik di mata Tuhan.
Ketika Tuhan melihat bahwa aku sudah siap untuk menerima janji-janji Tuhan.
Ketika Tuhan melihat kalau aku sudah siap ‘terbang’, dalam arti aku sudah siap untuk terjun dalam panggilan aku dari Tuhan.
Kupu-kupu kan diciptakan untuk terbang ya kan? Ia dilengkapi dengan sayap yang indah, untuk terbang.
So, aku bersyukur kalau sekarang aku ada di fase kepompong ini.
Walaupun gak enak, menderita, sakit, dan gak tahu kapan akan berakhir, tapi yang pasti Tuhan gak pernah ninggalin aku sedetik pun di fase ini.
Lagipula, aku belajar bahwa tanpa fase kepompong ini, aku akan selamanya jadi ulat.
Ulat itu mahluk lemah, diinjak dikit pasti mati. It means, aku nggak bisa menghadapi tantangan hidup.
Ulat itu hama perusak. Makanannya daun-daunan. Yang pasti kalau aku jadi ‘ulat’, aku bukannya jadi berkat tapi jadi batu sandungan buat orang lain, dan aku nggak mau itu.
Ulat itu gak menarik, huehehehe… Ulat gak bakal dilihat dua kali sama orang, ulat juga dijauhi sama orang.
Yang pasti, Tuhan gak pernah punya rencana buat anak-anak-Nya hidup sama seperti ulat.
Tuhan gak pernah kasih rancangan masa depan yang buruk buat anak-anak-Nya.
So, here I am. Aku sedang dalam fase kepompong.
Fase akhir dari persiapan menjadi kupu-kupu.
Fase dimana aku akan mempersiapkan diriku untuk punya sayap. Sayap indah yang nanti akan kugunakan untuk terbang saat aku keluar dari fase kepompong ini.
Aku benar-benar menantikan saatnya aku keluar dari kepompong ini.
Tapi aku juga tahu bahwa hidup dalam kepompong ini pun adalah hal terbaik yang aku alami sekarang.
Karena Tuhan sedang mempersiapkan diri aku untuk menerima janji-Nya.
Karena Tuhan sedang mempersiapkan diri aku menjadi wanita yang cantik dan berkenan di mata-Nya.
Karena Tuhan sedang membuat aku bertumbuh dalam iman, kasih dan pengenalan akan diri-nya.
Dan karena Tuhan pun…menanti-nantikan saatnya ketika aku siap, keluar dari kepompong ini dan menjadi kupu-kupu.
Ah, how I love You, Father!
Dari tulisan ini, mungkin aku akan menulis lagi tulisan soal fase kepompong ini. Yup, soalnya aku punya feeling kalau tahun ini akan makin gencar lagi tantangannya. Kemaren-kemaren, pas semakin dekat ke akhir tahun, Tuhan semakin clearly dan sering bilang hal itu ke aku lewat firman-Nya.
Please pray for me, and encouraging me in this phase.
God bless,,
Bergembiralah akan hal itu, sekalipun sekarang ini kamu SEKETIKA harus berdukacita oleh berbagai-bagai pencobaan. Maksud semuanya itu ialah untuk membuktikan kemurnian imanmu – yang jauh lebih tinggi nilainya dari pada emas yang fana, yang diuji kemurniannya dengan api- sehingga kamu memperoleh puji-pujian dan kemuliaan dan kehormatan pada hari Yesus Kristus menyatakan diri-Nya.”I Petrus 1:6,7

PS : Aku men-caps lock kata SEKETIKA, karena aku percaya bahwa setiap tantangan, pergumulan, pencobaan yang anak Tuhan harus hadapi hanyalah SEKETIKA waktunya. Artinya hanya sementara, tidak selamanya. Tuhan selalu menolong kita melewati itu semua. Dan aku percaya, Tuhan selalu menulis cerita BEST HAPPY ENDING! Lagipula, penderitaan yang kita alami itu hanya SEKETIKA…jika kita bandingkan dengan betapa lamanya HIDUP KEKAL yang akan kita terima nantinya di sorga.
Welcome 2013!!!!