Jumat, 28 Desember 2012

Sweet Words From Him


“ Walau tidak ada hal lain di dunia ini yang bisa kaupercayai, percayalah bahwa aku mencintaimu, sepenuh hatiku,”


Kalimat di atas adalah kalimat yang ada di dalam novel Ilana Tan yang berjudul “ Sunshine Becomes You”. Kalimat yang diucapkan Mia Clark, tokoh utama wanita di novel itu pada Alex Hirano, tokoh utama prianya.

Kalimat yang menyentuh dan membuat aku sempat mewek ( tipe melankolis, soalnya) pas baca,hehehe..

Tapi, aku bukan ingin mengulas atau menceritakan isi novel itu dalam tulisan ini.

Aku ingin menulis tentang kalimat di atas.

Jujur saja, saat aku membaca kalimat itu, yang pertama muncul di pikiranku adalah,
“ Adakah seseorang yang  akan mengatakan hal semanis, seromantis dan semenyentuh itu padaku?”
Hehehe… Baiklah, para cewek kebanyakan memang berpikir tentang hal-hal romantis dalam hidupnya, including me… ^^

Saat aku menanyakan hal tersebut (dalam hati), sebuah suara kecil, lebih tepatnya terdengar seperti bisikan ,
“ I will and I’m already do that for you, Sweetheart,”

Dan aku pun tersadar bahwa mungkin saja tidak akan pernah ada laki-laki, sekalipun nantinya aku menikah, yang akan mengucapkan kalimat tersebut kepadaku.

Tapi, seorang Pribadi mau, dan telah melakukannya untukku.

Lama sebelum ini.
Tuhan Yesus telah mengatakan hal itu kepadaku. Bukan hanya sekali, tapi berkali-kali.

Saat aku sedih, saat aku dikecewakan, hatiku disakiti dan aku merasa  I really have nothing…
Saat aku merasa tidak ada lagi yang benar-benar peduli padaku
Saat aku menangis sendirian di kamar..

Ia datang dan memelukku erat, sangat erat dan berkata,
“ Aku mengasihimu. Walaupun tidak ada hal lain yang bisa kau percayai di dunia ini, walaupun tidak ada orang yang mengasihimu, percayalah bahwa Aku sangat, sangat mengasihimu,”

Dan Tuhan bukan hanya sekedar berkata, Ia melakukannya.

Ia membuktikan bahwa Ia benar-benar mengasihi aku, saat Ia rela datang ke dunia, mengambil rupa manusia, hidup dalam kesederhanaan bahkan hina, lalu mati di kayu salib untuk menebus dosa-dosaku, tetapi kemudian bangkit.

Sehingga aku bisa menerima janji hidup kekal.
Hidup bersama-Nya, di sorga, bahkan lebih baik lagi, selama-lamanya.

Ia membuktikan bahwa Ia benar-benar mengasihi aku, ketika masalah-masalah datang dan Ia tidak pernah sekalipun meninggalkan aku ( Ibrani 13:5b)
Ia berjanji dan selalu setia akan janji-Nya, dan Ia tidak pernah sekalipun berdusta.
Ia mengasihi aku, ketika dunia tidak.
Ia mencintai aku, dengan kasih-Nya yang kekal, tidak berkesudahan, dan sejati.

Dan Ia memintaku untuk selalu percaya kepada-Nya, menaruh pengharapanku pada-Nya, yakin bahwa Ia mencintaiku, sepenuh hati-Nya.

AKu hidup dengan kepercayaan akan kata-kata-Nya.

Aku hidup dengan iman bahwa Tuhan Yesus sangat mencintaiku dan Ia ingin memberikan yang terbaik dalam hidupku.

How I can resist a True Lover like Him?

No one, even the greatest man in this world can do same things like He did for me!


Saat ini..
Kalau kau merasa tidak dikasihi, tidak dicintai oleh siapapun..
Dunia sepertinya menentangmu, segala macam kepahitan dan pergumulan tak hentinya menerpa hidupmu.
Dan kau merasa begitu sendirian, begitu kesepian, begitu menderita dan tak satupun orang bisa tahu persis bagaimana perasaanmu.
Trust me, Jesus know.
He knows everything about you, better than yourself.
Talk to Him, it’s okay if you want to cry front of Him, don’t be shy, He won’t laugh on you.
He will listen to you, He is a very good Listener.
He loves you, more than anyone in this world. Dia bahkan rela mati untuk dosa-dosamu!
Dan Ia akan mengatakan kalimat manis ini di telingamu,
“ Walau tidak ada hal lain di dunia ini yang bisa kaupercayai, percayalah bahwa aku mencintaimu, sepenuh hatiku,”
Percayalah akan kata-kata-Nya.
Perlukah kukatakan sekali lagi bahwa Ia tidak pernah sekalipun berdusta?
Percayalah pada-Nya.
Maka damai dan sukacita sejati akan mengalir di hatimu.
Cinta-Nya sanggup menyembuhkan luka separah apapun di hatimu.
Percayalah bahwa Ia mencintai-Mu, sepenuh hati-Nya.

***
Hari Natal kedua!!!
Aku merasa sangat, sangat, sangat bersyukur, diberkati dan dicintai.
Betapa Tuhan Yesus itu setia sepanjang kehidupanku dan keluargaku tahun ini.
Banyak pergumulan dan tantangan yang dihadapi, dan tidak sedikit airmata yang bercucuran juga sakit hati karena kekecewaan.
Tapi, satu hal yang membuat aku kuat adalah kenyataan bahwa maybe I have nothing in this world, but Jesus loves me, and that’s enough.
His grace is always sufficient for me.

Merry Christmas everyone
Jesus loves U…

God bless

Farha














KNOCK! KNOCK! KNOCK!


Tok! Tok! Tok!

Suara ketukan lembut terdengar dari balik pintu hatiku.

“ Siapa yang datang?” Aku bertanya pada diriku sendiri.

Pelan-pelan, aku berjalan ke arah pintu, lalu mengintip dari balik jendela.

Aku terkejut ketika melihat sosok yang berdiri di luar pintu.

Itu Tuhan Yesus!

Aku terkesiap panik.

Yesus?

Yesus datang dan Ia mengetuk pintu hatiku, rumahku.

Dan lihat, Ia menunggu aku untuk membukakan pintu bagi-Nya

Haruskah aku membuka pintu?

Aku mendesah pelan sambil menatap sekelilingku.


Ah, bagaimana aku bisa membiarkan-Nya masuk ke dalam sini? Ke dalam hatiku? Ke dalam rumahku?

Disini kotor dan berantakan.

Lihat, dinding-dindingnya retak akibat terlalu banyak sakit hati yang kurasakan,

catnya terkelupas karena aku terlalu banyak menelan kekecewaan.

Jendela-jendelanya kusam dan kotor karena banyak kepahitan yang kualami.

Perabotan-perabotannya tua, rusak dan tertutup dengan debu masa lalu yang kelam.

Tiang-tiangnya hampir rubuh karena imanku sering digoncang oleh badai pergumulan.


Dan kamarku?

Penuh sampah dan kotoran.

Terlalu banyak dusta, iri hati, kesombongan, egois dan amarah yang kusimpan di dalamnya.


Oh! Lihat kursi-kursiku!

Tua dan rusak juga hampir patah karena tidak ada lagi harapan.

Mana mungkin aku menyuruh-Nya duduk disitu?


Juga… disini sangat gelap.

Tidak ada setitik pun cahaya di dalam sini.

Yang ada hanyalah kegelapan.


Tidak! Tidak! Tidak!

Aku tidak layak menerima-Nya di rumahku.

Rumahku sempit, kotor, penuh debu dan berantakan.

Aku malu.

Mana mungkin seorang Raja masuk ke dalam sini?

Hatiku yang rusak, penuh luka dan kotor karena dosa.


Tok!Tok!Tok!

Ketukan lembut itu terdengar kembali.

Rupanya Ia masih berdiri di depan pintu.

Aku membuatnya menunggu terlalu lama.

Aku berjalan ke arah pintu dan siap memutar kunci, tapi…

Kupandangi lagi isi rumahku yang bobrok.

Aku jadi ragu-ragu dan menarik kembali kunci itu.


Tidak! Tidak! Tidak!

Kujauhkan tanganku cepat-cepat dari pintu dan mundur menjauhi pintu.

Aku tidak akan membiarkan Ia masuk ke dalam sini.

Lagipula, untuk apa Ia ke sini? Ke rumahku?

Rumahku tidak layak didatangi seorang Tuhan yang mulia.

Tidak, aku tidak akan membukanya.


“ Anak-Ku, bukalah pintunya,”

Aku terkejut mendengar suara-Nya dari balik pintu.

Ah, bagaimana mungkin ada suara yang selembut dan seindah ini?

“ Anak-Ku, Kumohon, bukalah pintunya,”

“ Biarkan aku masuk ke dalam,” kata-Nya lagi, memohon.

“ Tidak, TUHAN,” Aku menggeleng dengan putus asa.

“ Disini kotor dan berantakan, penuh sampah. Kau akan jijik melihat semua di dalam sini,”

“ Aku,aku… tidak bisa menerima-Mu di dalam sini,” ujarku.

“ Lagipula, untuk apa Kau kesini, Tuhan? Aku tidak punya apa-apa disini. Aku tidak bisa memberikan apapun kepada-Mu,” Aku bersikeras dengan pendirianku.


“ Anak-Ku, biarkanlah Aku masuk ke dalam rumahmu, ke dalam hatimu,”

Kenapa Ia begitu keras kepala?

Aku sudah menolak-Nya tadi. Apa Ia tetap akan bersikeras seperti ini?

“ Tidak, Tuhan. Pergilah. Kau tidak tahu seperti apa di dalam sini. Disini gelap dan kotor.”

Kuharap Ia segera pergi dari depan pintuku.

Aku tidak butuh diri-Nya.

Aku bisa sendirian.

Aku sudah terbiasa di dalam sini.

Aku terbiasa sendirian, juga…ehm, kesepian.


“ Anak-Ku, Aku tahu persis keadaan di dalam sana. Tapi, biarkanlah Aku masuk,”

Ah, kenapa Tuhan begitu memaksa? Aku mulai kesal.

“ Untuk apa, Tuhan? Untuk apa Kau datang kesini?!” Nada suaraku mulai meninggi.

“ Untuk mengubahnya,” jawab-Nya mantap.

“ Aku akan mendekorasi ulang hatimu, - rumahmu-, Aku akan menghiasinya dengan kasih,”

“ Pertama-tama, Aku akan membuka semua jendela-jendelamu sehingga wangi sukacita akan memenuhi ruangan-ruangan di dalam rumahmu. Bau busuk kesedihan akan segera hilang dari dalam rumahmu,”

“ Aku akan membersihkan setiap sampah dusta, iri hati, juga amarah yang kau simpan dalam kamarmu,”

“ Perabotanmu yang kotor dan penuh debu kesombongan juga mementingkan diri sendiri, akan kubuang,”

“ Akan Kuberikan perabotan yang baru untukmu. Ruangan-ruangan hatimu akan diisi dengan kejujuran, kelemahlembutan, kerendahan hati juga kesetiaan.”

“ Dan dinding-dindingmu? Aku akan menggantung hiasan visi keselamatan juga hidup kekal dan itu akan dibingkai oleh pemenuhan yang seutuhnya dari-Ku,”

“ Kau tahu? Aku akan mengecat rumahmu dengan warna-warna yang memberi kehangatan, keramahan, sukacita, kelembutan dan Aku akan mengokohkan tiang-tiang rumahmu dengan iman, pengertian dan hikmat, sehingga engkau bisa bertahan sampai pada akhirnya, meskipun badai pergumulan datang.

“ Dan lantainya… akan Kupasangi dengan kepercayaan, dindingnya akan kuhiasi dengan kesabaran, dan Aku akan menaruh cahaya pengharapan yang menyingkirkan setiap sisi gelap, mengusir kegelapan yang selama ini ada di dalammu,”

“ Dan cermin di rumahmu akan merefleksikan komitmen untuk saling mengasihi antara Aku dan engkau,”

“ Nah, Anak-Ku, Aku akan melakukan semuanya itu asal kau mau membuka pintu untuk-Ku.

Aku berjanji akan mengubah seluruhnya dan percayalah, karena Aku tidak pernah berdusta.

Aku akan menjadi penjaga hatimu dan tidak akan membiarkan hatimu disakiti asalkan kau 
mau membiarkan Aku masuk dan mengubahmu.”

“ So, here I stand, My child… Would you please let Me in?”

Kupandangi lagi sekelilingku. Rumahku yang kotor dan bobrok.

Bisakah Ia mengubahnya?

Kupandangi kunci di tanganku dan pintu di depanku bergantian.

Perlahan, aku berjalan ke arah pintu, dengan langkah pasti.

Perlahan, keraguanku menghilang dan benar-benar tidak ada lagi yang menghalangiku saat aku memutar kunci pintu dan membukakan pintu bagi Yesus.

Lalu membiarkan Ia masuk ke dalam rumahku, ke dalam hatiku.

Dan kau tahu? Sejak saat itu, hidupku tak pernah sama lagi. ^^

***

Hati aku adalah rumahku.

Salomo menulis,
“ Seperti air mencerminkan wajah, demikianlah hati manusia mencerminkan manusia itu,”
Amsal 27:19.

Keadaan hati kita menentukan kehidupan kita, mempengaruhi kesehatan tubuh kita, kalau hati kita sakit maka seluruh tubuh kita akan terkena dampaknya.

Karena itulah, kita harus menjaga hati kita sebaik-baiknya.
“ Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan,”
Amsal 4:23

Bagaimana menjaga hati kita dengan segala kewaspadaan?

Biarkan Tuhan Yesus masuk ke dalam hati kita.

Jangan hanya membiarkan Ia masuk dan duduk di ruang tamu, tapi biarkan Ia masuk ke dalam kamarmu, ruang paling pribadi dalam hatimu.

Biarkan Ia tinggal di dalam hatimu. Biarkan Ia mengubah hatimu agar menjadi serupa dengan-Nya.

Selaraskan hatimu dengan hati-Nya.

Mungkin ada perubahan-perubahan yang akan tidak kau sukai.

Mungkin Ia akan membuang perabotan-perabotan tua yang kau sayangi tapi hanya mengotori rumahmu (dalam hal ini,, hatimu)

Mungkin Ia juga akan merombak total hatimu sehingga tampaknya jadi lebih berantakan, tapi percayalah hasilnya akan jauh lebih indah dan jauh lebih daripada yang kau bayangkan.

Ia arsitek terhebat. Ia juga desainer interior paling hebat di seluruh dunia dan di sorga. ^^.

Lihat, Ia berdiri di depan pintu hatimu.

Mungkin Ia sudah mengetuk ribuan kali tapi kau tak kunjung membukakan pintu.

Tapi Ia tidak akan menyerah padamu, Ia tidak akan menyerah sampai kau membuka pintu.

Tuhan bisa saja menerobos masuk ke dalam, tapi Ia tidak mau.

Ia ingin kau sendiri yang MEMILIH untuk membukakan pintu rumahmu, pintu hatimu.

Jangan membiarkan Ia menunggu terlalu lama.

Segera ambil kunci hatimu, dan bukalah pintu hatimu.

Biarkan ia masuk dan mengubah hatimu!


Inspired from book " what to do until you find love?"  Michelle McKinney Hammond ^^.


God  bless,

Minggu, 04 November 2012

WHEN I START TO PRAY FOR OTHERS




Kira-kira sebulan yang lalu, aku membaca majalah on-line Pearl. Temanya kali ini adalah tentang “Misi”, dan tulisan-tulisan di Pearl benar-benar membuka mata dan pikiran aku soal pelayanan misi.

Jujur saja, jika mendengar kata “Misi” maka yang ada dalam pikiranku adalah misionaris, memberitakan Injil di pedalaman-pedalaman, bertaruh nyawa demi iman. Melayani di bidang “Misi” sama sekali tidak ada dalam pikiran aku, dan yang jelas bukan jenis pelayanan yang akan aku pilih (seandainya aku bisa milih,hehe..)

Tapi, setelah aku baca majalah Pearl, pikiran aku soal misi langsung berubah dan muncul kerinduan untuk melayani di bidang misi. Salah satu keinginanku sebelum usia aku 30 tahun, adalah ikut mission trip meskipun cuma yang short trip atau bahkan hanya sekali, aku ingin ikut mission trip.

Aku sadar bahwa mungkin sekarang Tuhan belum memberikan aku kesempatan untuk melakukannya, jadi aku memutuskan untuk melakukan hal lain yang berhubungan dengan misi. Pelayanan misi ternyata tidak hanya terbatas pada pekerjaan sebagai misionaris saja, ataupun mengikuti mission trip, ada banyak bidang yang berkaitan dengan misi.

Salah satunya adalah menjadi pendoa syafaat.

Aku mengetahuinya saat membaca tulisan Ci Grace Suryani di majalah Pearl.
Bagaimana menjadi pelayan misi melalui doa syafaat?
Salah satunya, dengan kita mendoakan bangsa-bangsa ataupun suku-suku yang termasuk unreached people (yang terabaikan/ yang belum terjangkau) agar mereka bisa mengenal Kristus dan mengakui-Nya sebagai Juruselamat pribadi mereka serta menerima Roh Kudus dan hidup sesuai kebenaran Firman Tuhan.
Kita juga mendoakan para misionaris maupun orang-orang yang terlibat dalam pelayanan kepada unreached people, agar mereka bisa memberitakan Injil dan memenangkan banyak jiwa untuk Tuhan Yesus, juga berdoa agar Tuhan menolong mereka dalam menghadapi tantangan bahkan kesulitan yang mereka hadapi di ladang penginjilan.

Masih banyak negara maupun tempat-tempat yang sulit dimasuki oleh para misionaris karena terbentur bahasa, politik, agama lain, tradisi dan sebagainya. Setelah membuka beberapa situs, aku jadi tahu bahwa ada begitu banyak tantangan dan kesulitan yang dialami di negara-negara maupun daerah-daerah ketika hamba-hamba Tuhan ingin memberitakan Injil kepada mereka. Sebagai referensi, kalian bisa mengunjungi www.joshuaproject.net dan www.operationworld.org

Menjadi pendoa syafaat mungkin terdengar sepele dan nggak ‘wow’, tapi sebagai orang percaya, bukankah tidak ada yang meragukan kuasa sebuah doa?

Prayer can change everything.

Jadi, aku memutuskan untuk mulai berdoa untuk pelayanan misi dan bagi unreached people. Sebenarnya, aku sudah mulai mendoakan suku-suku terabaikan di Indonesia sejak bulan Agustus lalu, tapi jujur saja sering lupa dan nggak disiplin,hehe…. Jadi ini merupakan tantangan buat aku.

Aku membuka beberapa situs seperti Joshua Project kemudian Operation World Prayer dan disitu ada beberapa program untuk mendoakan bangsa-bangsa juga suku-suku yang terabaikan atau belum dijangkau oleh Injil.
I’m so grateful when I found those sites, karena aku merasa pada akhirnya I can do something, even it’s small, and I can be a part of mission ^^.

AKu mengikuti proyek 60 Days Challenge Prayer, itu semacam proyek doa syafaat selama 60 hari, dimana kita mendoakan satu negara tiap hari selama 60 hari. Kemudian aku join milis yang tiap hari kirim email ke aku tentang unreached people yang perlu didoakan.

Buat siapapun yang punya kerinduan untuk melihat tranformasi di negara-negara ataupun daerah-daerah di dunia ini, aku menganjurkan agar ikut proyek semacam ini, karena kita jadi lebih terarah dan teratur juga focus, kemudian doa kita jadi lebih spesifik untuk mereka.

Dan tidak terasa sudah sebulan lebih sejak aku ikut proyek itu.
Aku merasakan kesulitan, dan sampai sekarang masih,hehehe…. Masalah kedisiplinan juga waktu.
Aku masih cukup kesulitan dalam menentukan waktu untuk berdoa syafaat yang tepat, juga masih sering bolong-bolong doanya. Sempat mikir untuk give up and quit, intimidasi si jahat yang tentu saja tidak ingin melihat anak Tuhan berdoa buat keselamatan orang lain. He wants us to become an egoist Christian, yang tidak peduli sama keselamatan orang lain, yang hanya mementingkan keselamatan diri sendiri.

Meskipun sampai sekarang aku belum melihat perubahan secara nyata dari negara maupun daerah yang aku doakan, tapi aku yakin bahwa Tuhan mendengar doa-doaku juga setiap orang yang rindu dan terlibat dalam doa syafaat ini.  Dan aku yakin, suatu hari nanti semua bangsa, semua orang di dunia ini akan mendengar tentang Yesus Kristus yang telah datang ke dalam dunia, dengan satu tujuan, untuk menyelamatkan dunia ini belenggu dosa. Aku percaya, bahwa doa bisa mengubah segala sesuatu, bahkan hati yang paling keras sekalipun.

Terlebih lagi, aku merasakan bahwa saat aku mendoakan orang lain, aku juga diubahkan oleh Tuhan.
Aku pernah baca tulisan Ci Lia, bahwa saat kita berdoa, hati kita ikut diubahkan agar sesuai dan selaras dengan hati Bapa.

Dan itulah yang aku rasakan, saat berdoa untuk bangsa ataupun suku yang belum terjangkau, aku bisa merasakan betapa Bapa sangat mengasihi mereka dan kerinduan-Nya agar mereka bisa mengenal-Nya.
Yohanes 17:23
“Aku di dalam mereka, dan Engkau di dalam Aku, supaya mereka sempurna menjadi satu, agar dunia tahu, bahwa Engkaulah yang telah mengutus aku dan bahwa Engkau mengasihi mereka sama seperti Engkau mengasihi Aku,”

Ini salah satu ayat dalam perikop “Doa Yesus untuk murid-murid-Nya” dalam Yohanes 17:1-26. Pasal favorit aku. Doa yang sangat… romantis menurut aku. Karena Tuhan berdoa untuk murid-murid-Nya, juga untuk mereka yang percaya kepada-Nya oleh pemberitaan mereka, which is US.. which is me and you ^^. Doa yang nggak egois, doa yang sangat indah, doa yang diungkapkan dari ketulusan hati Yesus yang terdalam.

Bapa mengasihi semua manusia ciptaan-Nya, tidak terkecuali. Ia mengasihi kita, dan rindu, sangat rindu agar kita mengetahui hal tersebut. Bahwa Ia mengasihi kita, sama seperti Ia mengasihi Anak-Nya, dan lebih lagi Ia mengasihi kita dengan kasih yang kekal. Juga oleh karena kasih-Nya, Ia rela mengorbankan Anak-Nya untuk mati di kayu salib demi menebus dosa seluruh umat manusia.

Aku sangat mengucap syukur karena aku bisa terlibat dalam proyek ini. Menjadi pendoa syafaat mungkin terdengar sepele, tapi sangat penting, dan dibutuhkan keinginan yang kuat, kedisiplinan juga hati yang mau dibentuk. Aku jadi lebih sadar bahwa tugas kita di dunia ini, adalah melayani-Nya.

Mungkin kita merasa kita memiliki keterbatasan dalam melayani Tuhan. Baik waktu, pekerjaan, tanggung jawab, atau bahkan materi. Yup, kita manusia yang terbatas, dan aku pun merasakan hal yang sama saat aku ingin ikut pelayanan misi. Karena pekerjaan dan orang tua aku, aku tidak bisa ikut mission trip yang jauh-jauh, dan juga di gereja aku, sangat jarang mengadakan mission trip, tapi aku akhirnya dibukakan jalan untuk menjadi pendoa syafaat bagi unreached people ^^.

Yang aku pelajari adalah Tuhan kita tidak mengenal keterbatasan, sehingga kita tetap bisa melayani-Nya di tengah keterbatasan kita jika kita mau dan meminta-Nya untuk menolong kita.
Keterbatasan kita, baik dari segi waktu, pekerjaan, materi, bukanlah penghalang yang berarti jika kita mau dan sungguh-sungguh rindu untuk melayani Tuhan.

Aku ditegur cukup keras sama Tuhan soal yang satu ini, karena beberapa waktu yang lalu aku mengambil side job, dari sore sampe malam, dan mengabaikan pelayanan aku juga ibadah-ibadah dengan alasan kesibukan pekerjaan. Aku belajar bahwa Ia tidak mau dijadikan yang kedua, atau yang ketiga dalam kehidupan aku. Tuhan mau jadi yang pertama dan yang terutama.

Seperti bunyi Matius 6:33
“ Carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya akan ditambahkan kepadamu,”

Kemudian, mendoakan keselamatan orang lain itu penting,lho. Ingat Amanat Agung Tuhan Yesus dalam atis 28:19,20 ?
Tuhan Yesus ingin agar semua bangsa menjadi murid-Nya dan dibaptis dalam nama Bapa, Anak dan Roh Kudus.
Kita bisa jadi bagian dari misi ini dengan mendoakan bangsa-bangsa dan suku-suku yang belum terjangkau pemberitaan Injil.
Jelas bahwa pelayanaan doa syafaat bagi bangsa-bangsa ini bukan hal yang sepele ^^.

Kemudian pelayanan ini bisa dilakukan oleh siapa saja, kita hanya butuh lutut yang mau bertelut dan hati yang mau diubahkan, yang penting kita mau commit untuk melakukannya, karena ini tidak semudah dan se-simple yang kita bayangkan.

Secara pribadi aku rindu, agar makin banyak anak Tuhan yang turut mendoakan bangsa-bangsa dan suku-suku yang belum terjangkau. Agar makin banyak anak Tuhan yang diubahkan hatinya selaras dengan hati Bapa. Agar anak-anak Tuhan jangan menjadi orang Kristen yang egois, yang hanya peduli pada keselamatan diri sendiri, tapi tidak mau peduli pada keselamatan orang lain.

By the way, jangan hanya berdoa bagi bangsa-bangsa dan suku-suku yang belum terjangkau, tapi juga bagi pribadi-pribadi di sekitar kita yang belum ‘terjangkau’.
Adakah orang tua, saudara, teman, tetangga kita yang belum mengenal Tuhan secara pribadi?

Let’s pray for them, too…  Berdoa agar Tuhan mengetuk pintu hati mereka agar dibukakan untuk-Nya. dan berdoa agar Tuhan mengetuk pintu hati mereka lebih keras lagi jika mereka belum mau membukakannya, terus dan terus sampai mereka mau membukanya.

Seperti kata Myles Munroe dalam bukunya “ Waiting and Dating”, tujuan Allah mempertemukan kita dengan orang-orang di sekitar itu, bukan karena kebetulan semata, tapi agar kita memberi dampak terang buat mereka ^^.

God bless,,

Farha



Rabu, 17 Oktober 2012

My Calling Now : Serve the Teenagers



Setiap pelayanan pasti ada tantangannya masing-masing. Ada cobaan, pergumulan yang harus dihadapi dan dilalui. Aku meyakini, bahwa melalui cobaan, tantangan dan pergumulan itulah kita bisa melihat kuasa Tuhan dalam pelayanan dengan lebih jelas. Kita jadi makin dekat dan bergantung pada-Nya.

Aku belajar banyak hal selama melayani anak-anak remaja di gereja aku.
Saat mulai jadi Pembina remaja, honestly, I have no idea for doing this. Ga ada passion sama sekali, sejujurnya, untuk melayani adik-adik remaja. Saat ditunjuk jadi Pembina, I just think this is a place that I can serve God. 
Tapi, alasan utamanya adalah karena aku menyukai kondisi Komisi Remaja, aku nyaman berada bersama-sama dengan mereka.

Seingatku, aku tidak pernah lulus dari Komisi Remaja, karena saat usia aku sudah masuk usia Pemuda, aku masih masuk ibadah Remaja Jemaat meski sudah ikut ibadah dan kegiatan di Pemuda, meskipun posisi aku saat itu bukan lagi seorang Remaja tapi Pembina mereka, hehehe…

But as time goes, aku merasa Tuhan memang memanggil aku untuk melayani anak-anak remaja.

Passion aku untuk mereka mulai tumbuh. 
Aku ingin agar anak-anak remaja gereja aku itu bisa mengenal Kristus secara pribadi sejak usia remaja dan tidak menyia-nyiakan masa remaja mereka. Aku punya prinsip, bahwa apa yang kita tabur di usia muda kita, which is usia remaja kita, itulah yang akan kita tabur di masa depan kita. 
Dan banyak contoh nyata yang membuktikan hal tersebut.

Aku tidak bilang kalau aku ini sudah jadi teladan juga, good role model for them, actually, aku juga punya banyak kekurangan. Tapi aku berusaha jadi teladan buat adik-adik remaja aku, dalam setiap aspek kehidupan. Meski aku akui, aku masih sering jatuh bangun dalam membangun hubungan aku dengan Tuhan Yesus, masih jatuh bangun dalam dosa, I still need to be purify, molds and shapes to become more like Jesus everyday in my life.
But, I want that my little brother and sister in Christ, become a good rolemodel for everyone around them. 
Seperti Timotius, anak rohani rasul Paulus. 
Aku mau mereka bukan hanya pintar dan aktif di sekolah, tapi juga aktif dan giat melayani pekerjaan Tuhan.

Aku bangga dengan adik-adik remaja aku. Mereka punya banyak bakat, kreatif, dan keceriaan mereka yang mudah menular pada siapapun. Meskipun aku akui, ada banyak anak-anak remaja yang kini tidak lagi datang ke ibadah, punya pergaulan yang buruk bahkan terjebak dalam kehidupan malam, drugs, also free sex.

Itulah yang jadi pergumulan aku sebagai Pembina remaja, dan aku rasa, bukan cuma aku saja, tapi semua Pembina remaja gereja yang ada.
Aku ingat setahun yang lalu, saat aku ngobrol dengan salah satu kakak di gereja aku, kita sama-sama Pembina Remaja. She reminded me to TAKE CARE our teenagers, to KEEP THEM SAFE, also to PRAY for them. Karena makin banyak saja godaan yang menghampiri adik-adik remaja kami. 
Juga, Mama aku yang senantiasa mengingatkan aku untuk menjaga diri aku. Yang beliau maksud adalah kekudusan dan kemurnian hidup, agar aku bisa jadi teladan yang baik buat anak-anak remaja yang aku bina. Karena, bagaimana kita bisa membina adik-adik kita, menyuruh mereka hidup benar-benar dalam Tuhan Yesus, padahal diri kita saja belum hidup kudus dan benar di hadapan Tuhan?

Tahun ini, adalah tahun yang cukup berat buat pelayanan kami. Ada banyak pergumulan dan tantangan yang dihadapi oleh kami, Pembina Remaja. Mulai dari kehadiran yang menurun drastis dalam ibadah, baik ibadah jemaat maupun wilayah, partisipasi yang menurun dalam kegiatan yang dilaksanakan komisi Remaja, dan makin banyak anak-anak remaja yang terjerumus dalam hal-hal yang negatif.

I feel so bad and so disappointed.

Apakah pelayanan aku gagal? Aku bertanya pada Tuhan.

Banyak upaya dan cara yang kami lakukan untuk menarik adik-adik remaja untuk rajin ke ibadah, tapi gak ada hasilnya. Sampai kami kepikiran untuk mengunjungi mereka satu per satu di rumah. Mungkin cara ini bakal efektif. And so many things. Aku juga kepikiran untuk menambah variasi bentuk ibadah. 
Aku berpikir, mungkin kami kurang keras dalam berusaha, tapi segala cara sudah digunakan (menurut kami) tapi tetap tidak ada hasil. 
Sempat kepikiran menyerah saja, dan masa bodoh. Toh, keselamatan itu urusan masing-masing, tapi Tuhan langsung negur aku saat itu.

“ Kamu egois kalau begitu. Kamu tidak menyayangi mereka. Mereka itu tanggung jawabmu!”

Mewek langsung. Nangis, minta ampun sama Tuhan. Hhh…

Aku sadar bahwa memang keselamatan itu urusan masing-masing, bahkan kita disuruh mengerjakan keselamatan kita sendiri, tapi, ingat Amanat Agung Tuhan Yesus dalam Matius 28:19,20?

Tuhan menyuruh kita untuk menjadikan seluruh bangsa di dunia menjadi murid-Nya, percaya kepada-Nya. Jadi sebagai orang percaya, adalah tanggung jawab kita untuk menyebarkan Firman Tuhan kepada semua orang.
Aku sadar kalau Tuhan tidak ingin kita jadi orang Kristen yang egois, yang hanya peduli sama keselamatan diri sendiri, tapi tidak mau peduli dengan keselamatan orang lain.

Kemudian, aku ditegur dalam I Yohanes 4:20,21
Jikalau seorang berkata: "Aku mengasihi Allah," dan ia membenci saudaranya, maka ia adalah pendusta, karena barangsiapa tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi Allah, yang tidak dilihatnya.
Dan perintah ini kita terima dari Dia: Barangsiapa mengasihi Allah, ia harus juga mengasihi saudaranya.

Adik-adik remaja yang aku layani adalah saudara dan saudariku dalam Tuhan. Dan jangan lupa, Tuhan sangat, sangat mencintai, mengasihi mereka semua tanpa terkecuali.
Tuhan Yesus yang sudah mati di kayu salib untuk menebus dosa-dosaku, adalah Tuhan Yesus yang sama, yang juga mati demi menebus dosa-dosa mereka.
Tuhan Yesus mengasihi mereka, sejahat apapun mereka, sekurang ajar apapun mereka, betapa berdosanya pun mereka, no matter what, He still loves them. Karena kasih Tuhan itu, tidak ditentukan dari perbuatan kita, tapi semata-mata karena anugerah.

Jika Tuhan Yesus mengasihi mereka, maka aku pun harus demikian. 
Aku harus mengasihi mereka, sama seperti Tuhan Yesus mengasihi mereka.

Tetap mengasihi, walaupun mereka suka ribut saat ibadah.
Tetap mengasihi, walaupun mereka malas datang ke ibadah.
Tetap mengasihi, walaupun mereka datang ke ibadah hanya sekedar ngumpul-ngumpul dengan teman, tanpa ada motivasi untuk menyembah Tuhan.
Tetap mengasihi, walaupun mereka nggak dengar sama sekali FirTu yang aku sampaikan.
Tetap mengasihi, walaupun mereka terkadang nggak menghargai apa yang aku bilang ke mereka.
Tetap mengasihi, walaupun mereka memandang rendah aku dan Pembina yang lain.
Tetap mengasihi, walaupun orang lain tidak lagi mengasihi mereka.

Walaupun menurut orang lain, mereka nggak pantas dikasihi lagi, karena terlalu nakal, terlalu kurang ajar, suka bikin masalah, dan sebagainya.

I try to see them, just like Jesus sees them. 
Dengan sorot mata-Nya yang penuh belas kasihan, dengan tangan-Nya yang terulur, dengan hati-Nya yang mendamba agar mereka kembali kepada-Nya.

Dan saat aku melakukannya, aku jadi menyayangi mereka, dan tidak mau menyerah untuk mereka.
Sejak saat itu, aku selalu membawa mereka dalam doa aku setiap hari. Aku menyebut nama-nama mereka satu per satu. Aku mencoba mencari tahu, apa pergumulan mereka, dalam dosa apa mereka terjerat, kehidupan mereka di sekolah dan di rumah, bagaimana pergaulan mereka dan sebagainya sehingga aku bisa meminta dengan cukup spesifik kepada Tuhan untuk memulihkan anak-anak remaja tersebut. 
Aku juga berdoa untuk anak-anak remaja yang masih setia ke ibadah dan pelayanan, agar mereka makin dikuatkan imannya sehingga tidak mudah goyah.
Aku percaya bahwa, Tuhan mencintai mereka, dan Tuhan punya rencana yang indah buat kehidupan mereka. Mungkin si jahat berusaha merusak mereka, tapi Tuhan tidak pernah gagal, dan kasih Tuhan sanggup memulihkan mereka.
Dan mereka sangat butuh topangan doa dari seluruh anggota jemaat. Aku percaya, suatu hari nanti Tuhan akan bekerja dalam hati mereka masing-masing J.

Aku sadar kalau sebelum ini, aku tidak sungguh-sungguh dalam melayani mereka. Secara fisik, aku memang melayani mereka di ibadah dan kegiatan-kegiatan lainnya. Tapi, dalam hati aku, aku tidak melayani mereka dengan sungguh-sungguh. Aku tidak punya kerinduan untuk mereka bisa berubah. Tapi, sekarang ini hatiku penuh dengan kerinduan untuk melihat adik-adik remaja di gereja aku dipulihkan, diubahkan oleh Yesus. Aku rindu melihat mereka melayani dan menjadi saksi Kristus dimanapun mereka berada. Aku rindu melihat mereka memuliakan Tuhan Yesus lewat cara hidup mereka.

Kerinduan yang Tuhan taruh dalam hati aku, menjadi motivasi buat aku untuk tetap setia melayani adik-adik remaja.
As a single girl, I committed to cherish every second of my singleness season, to use it for God’s glory, to serve His kingdom and to be content in Him, pursuing my calling.
And this is my calling now, to serve teenager in my church.

Anak-anak remaja adalah seperti tunas tanaman yang sedang tumbuh di ladang.
Pembina remaja adalah petani yang memberi pupuk dan menyiangi lalang.
Tunas tanaman masih rapuh dan lemah, akarnya belum terlalu kuat untuk menopang dirinya, batangnya masih lemah dan hijau untuk bertahan jika angin keras datang, daun-daunnya kecil dan masih sedikit sehingga proses fotosintesis untuk memperoleh makanan belum optimal.

Ia butuh diberi air yang cukup, diberi pupuk agar ia bisa bertumbuh dengan subur, agar akarnya makin kuat dan kokoh, agar batangnya bertambah tinggi dan kuat serta tebal sehingga mampu berdiri tegak dan bertahan jika angin keras menerpa, agar daun-daunnya bertambah banyak  dan menghasilkan buah. Dan ia butuh disiangi dengan teratur agar lalang tidak tumbuh dan menghalangi pertumbuhannya.
Itulah tugas si petani.

Aku pernah membaca, jika sebuah panen gagal, maka sang petani akan menyelidiki apa penyebab gagalnya panen tersebut. Ada tiga hal yang akan ia selidiki.
Yang pertama, adalah benih tanaman itu. Apakah benihnya baik atau buruk?
Jika tidak ada yang salah dengan benih tersebut, maka ia akan menyelidiki tanahnya.
Apakah gembur, apakah cocok dengan jenis tanaman yang ia tanam. Jika tidak ada yang salah juga dengan tanahnya, maka sang petani akan menyelidiki hal yang ketiga.

Ia akan melihat dirinya sendiri.
Jika baik benih maupun tanah tidak ada yang salah, maka penyebabnya adalah dalam diri sang petani.
Ia harus mengevaluasi dirinya sendiri.
Bagaimana ia mengerjakan tanahnya, menanam benih itu dalam tanah?
Apakah ia rajin memberi air, memberi pupuk dan menyiangi tanamannya?
Apa ia mengusir hama yang muncul? Apa ia sudah bekerja dengan baik dalam mengurus ladangnya?

Sebagai seorang pekerja di ladang Tuhan, kita patut mengevaluasi diri kita dalam pelayanan. Apakah kita sudah bekerja di ladang Tuhan dengan baik dan sungguh-sungguh?
Apakah kita mengurus ‘tanaman-tanaman’ Tuhan dengan telaten dan penuh kasih sayang?
Jika kita ingin mendapatkan hasil panen yang banyak dan baik, janganlah malas bekerja juga bekerjalah dengan sungguh-sungguh.
Kita dipanggil menjadi pekerja-pekerja di ladang semata-mata juga karena anugerah-Nya.
Mari bekerja lebih giat dan sungguh-sungguh, agar saat musim panen tiba, kita bisa menuai buah-buah yang baik dan banyak jumlahnya.

God bless Tumpengan Teenagers,,






Holiness


Beberapa bulan yang lalu, karena keikutsertaan aku dalam suatu kegiatan di kota aku, aku jadi kenal sama sekelompok cowok-cowok. Karena kepanitiaan itu, akhirnya aku dan teman-temanku jadi kenal dekat sama mereka. Hampir setiap hari kami ketemu sama mereka, bahkan sampai tengah malam, saat sudah dekat-dekat acara tersebut.

After the event pun, aku sama teman-teman (kami cewek semua), masih keep in touch sama cowok-cowok itu. Mereka baik, dan lucu, pokoknya kalo bareng mereka, pasti kerjaannya ketawa melulu. Tapi, berbeda dengan teman-temanku yang lain, yang langsung bisa akrab dengan mereka, aku kurang merasa nyaman bersama mereka, apalagi ngumpul-ngumpul bareng mereka sampai malam.

Actually, aku bukan tipe cewek yang gampang bergaul sama lawan jenis. Teman-teman cowokku bisa dikatakan sedikit, dan aku rasa aku kurang bisa masuk dalam pembicaraan yang sama dengan mereka. Jujur saja, aku merasa sedikit tidak nyaman kalo ngobrol sama lawan jenis, apalagi yang belum lama kenal.

Tapi, ada hal yang aku pelajari sejak mengenal kelompok cowok-cowok ini. Juga yang baru aku sadari.

Salah satu yang sering menyebabkan aku tidak nyaman dengan kumpulan cowok-cowok yang selama ini aku kenal adalah because they often say harsh words dan kata-kata vulgar lainnya. Juga terkadang bercandaan mereka kelewatan. Itu yang bikin aku risih kalau duduk bersama dengan mereka. Yeah, mereka sering sekali bercanda soal sex, porn, vulgar things, and even it sounds so funny, tetap saja telinga aku ‘panas’ kalau mendengar itu semua.
Kemudian, mereka suka hang-out sampai tengah malam, bahkan sampai pagi.

Pada awalnya, aku fine-fine saja, tapi ketika aku mengetahui bahwa teman-teman cewekku jadi sering pulang lewat tengah malam gara-gara bareng mereka, I feel something wrong in here.

Even, mereka gak ngapa-ngapain, bahkan mereka ngantar pulang teman-teman cewek aku ke kos-kosan tiap hari, tapi tetap saja aku merasa ada yang salah. Sebelumnya, mereka pulang pagi karena ngurus event yang kami kerjakan, jadi aku masih bisa maklum, tapi setelah acara selesai, teman-teman cewek aku tetap sering ngumpul bareng mereka dan sering pulang tengah malam.

Teman-teman cewek aku ini sebagian besar anak kos, ada yang kuliah maupun kerja. Mereka nggak dalam pengawasan orang tua, tapi tetap saja, menurut aku, anak gadis pulang tengah malam bukan hal yang baik. Yah, kalo ngerjain tugas atau yang berhubungan dengan kuliah atau kerja mungkin nggak apa-apa, tapi kalau Cuma nongkrong-nongkrong, ngobrol gak jelas dan banyak kata-kata kasar sama vulgarnya menurut aku itu bukan hal yang baik!

I suddenly remember this verse,
“ Pergaulan yang buruk merusak kebiasaan yang baik,” I Korintus 10:31

Jujur saja, aku merasa khawatir sama teman-teman cewek aku.
Bukannya bermaksud menghakimi kelompok cowok-cowok ini, tapi aku lihat sifat mereka lewat kata-kata, sikap, dan attitude mereka sama kami, cewek-cewek.

For me, jika mereka dengan mudah saying harsh words to us meskipun itu Cuma bercanda, bisa bayangkan bagaimana sikap mereka ke pacar atau isteri mereka nantinya?

Jika mereka dengan mudah bercanda soal sex, porn, and many vulgar things front of girls, kalian bisa tebak sendiri apa saja yang ada di pikiran mereka.

Laki-laki memang bergumul dengan hal-hal seperti godaan seksual, dan aku pernah baca hasil penelitian bahwa dalam sehari laki-laki bisa memikirkan pornografi lebih dari 60 kali!
They may say it’s man’s nature, nothing we can do about it. Bahkan, cowok yang kelihatannya polos, ternyata sering baca karya fiksi yang NC (porno).

Dan aku mengalami hal ini bukan Cuma dengan kelompok cowok yang aku kenal beberapa bulan ini, tapi setelah aku ingat-ingat lagi, sebagian besar teman-teman cowok yang aku kenal, sikap, kata-kata dan attitude mereka seperti itu.

Hal-hal ini mengingatkan aku tentang betapa sulitnya jaga kekudusan sekarang ini.
Saat aku menyadarinya, aku langsung teringat tulisan Ci Lia yang judulnya “ Keepers of my brother”.
Dalam tulisan itu, Ci Lia menulis tentang bagaimana kita, sebagai puteri-puteri Tuhan bisa mengambil bagian dalam menjaga our brothers in Christ salah satunya dalam hal godaan seksual.

Hal pertama yang aku lakukan adalah, mengecek diri aku sendiri.
Apakah cara berpakaianku sudah sopan, sudah sesuai dengan standar Firman Tuhan?
Apakah attitude aku selama ini sudah sesuai dengan standar Firman Tuhan, layaknya set-apart girl?
Apakah kata-kata, gaya bicara aku mencerminkan aku ini anak Tuhan atau bukan?

Sejak baca tulisan Ci Lia waktu itu, aku jadi lebih sadar soal cara berpakaian, attitude, kata-kata dan gaya bicara aku selama berada dengan lawan jenis.
Sebelum ini, aku suka sekali pakai celana selutut kalau hang-out, atau dress selutut. Ke gereja juga, kalau pilih dress atau rok di atas lutut sedikit aku pikir nggak apa-apa. Tapi, setelah aku sadar bahwa aku harus jadi keepers brother in Christ, aku stop pakai celana selutut kalau keluar dan pakai celana panjang, dan pakai dress yang di bawah lutut, biar pas duduk gak perlu lagi narik-narik rok ^^.

Juga sikap aku di depan cowok-cowok, aku tahu aku nggak boleh kecentilan, terlalu cerewet, atau bahkan ngobrol hal-hal yang pribadi dengan mereka, apalagi yang belum terlalu dekat. Sayang sekali, karena aku melihat banyak cewek-cewek yang begitu mereka merasa ‘klop’ dengan lawan jenis, even itu bukan pacarnya, tapi mereka sudah mengatakan semua hal termasuk yang pribadi dengan mereka.

Bukan berarti aku jaim di depan mereka, tapi aku benar-benar ingin mencerminkan Kristus dalam diri aku. Aku ingin mereka melihat sifat dan karakter Kristus dalam diri aku, lewat cara berpakaian, sikap, kata-kata dan attitude sehari-hari.

Sekarang, aku jadi lebih sadar pentingnya menjaga kekudusan hidup.
Menjaga kekudusan itu bukan hanya saat aku sudah berpacaran, tapi, saat berhadapan dengan lawan jenis di sekitar kita pun, kita harus jaga kekudusan hidup kita.
Kita bukan hanya menjaga kekudusan hidup karena perintah Tuhan, karena seperti halnya Tuhan kudus, kita pun harus kudus. 
Tapi, kita juga harus peduli sama orang lain. 
Apakah cara berpakaian, sikap dan kata-kata kita bikin cowok-cowok di sekitar kita ‘masuk’ dalam pencobaan?

Kemudian, setelah aku mengecek diri aku sendiri, aku memutuskan untuk gak terlalu dekat dengan mereka. Seperti yang aku akui tadi, aku memang nggak nyaman dengan mereka. Lagipula, aku merasa aku nggak dapat apa-apa kalau hang-out bersama mereka. Cuma bikin telinga panas, hati nggak tenang plus risih, juga ketawa-ketawa nggak jelas. Aku nggak mau menghabiskan waktu untuk hal yang sia-sia dan nggak berkenan di hadapan Tuhan.
Aku hanya ketemu dengan mereka seminggu sekali, bersama dengan teman-teman cewek aku, dan aku selalu pulang lebih awal, nggak terlalu malam.
Aku sadar, perkataan Paulus kepada jemaat Korintus itu bahwa “pergaulan yang buruk bisa merusak kebiasaan yang baik,” adalah benar.

Yang aku sekarang khawatirkan serta doakan, adalah teman-teman cewek aku. Aku tahu seharusnya aku ngomong langsung dengan mereka, tapi aku belum bisa. >,<, 

Aku sekarang hanya bisa berdoa agar Tuhan menjaga mereka dan menjauhkan mereka dari yang jahat juga agar kelompok cowok-cowok ini bisa sadar dan bertobat, juga agar Tuhan memberikan aku keberanian juga hikmat untuk bicara dengan teman-teman cewek aku. Agar mereka bisa lebih sadar soal menjaga kekudusan hidup.

I do really care about them, and I love them as my brothers and sisters in Christ.

God bless,,