Sabtu, 10 Agustus 2013

Courageous


Aku baru saja nonton film yang judulnya “ Courageous “, sounds like action movie from the title, but it’s not.


(sumber : Wikipedia.org)

Ini film rohani, yang menceritakan tentang lima orang pria, yang menyadari peran penting mereka sebagai seorang ayah dalam kehidupan anak-anaknya. Buat yang mau tahu lebih lanjut soal film ini, bisa baca sinopsisnya disini

Aku suka sekali film ini, dan mewek berkali-kali pas nontonnya. 

Memang ada adegan yang sedih, seperti pas puteri Adam Mitchell meninggal karena kecelakaan dan ia sangat terpukul. Tapi juga ada adegan yang mengharukan yang membuat aku mewek lagi. Seperti saat Nathan mengajak puterinya, Jade makan malam di restoran mewah dan mengatakan bahwa ia mengucap syukur karena Tuhan memberinya Jade sebagai puterinya yang cantik dan berharga, terus mereka buat komitmen antara ayah dan puterinya, bahwa Jade tidak akan menjalin hubungan dengan laki-laki selain persahabatan dan jika a akan pergi kencan dengan seorang laki-laki, maka itu harus sepengetahuan ayahnya.

Nah, yang paling berkesan buat aku dari film ini adalah pas mereka mendeklarasikan resolusi mereka sebagai ayah bagi anak-anaknya, aku coba cari di internet kata-kata di resolusi mereka, dan dapat. Ini dia resolusinya :

I do solemnly resolve before God to take full responsibility for myself, my wife, and my children.

I WILL love them, protect them, serve them, and teach them the Word of God as the spiritual leader of my home.

I WILL be faithful to my wife, to love and honor her, and be willing to lay down my life for her as Jesus Christ did for me.

I WILL bless my children and teach them to love God with all of their hearts, all of their minds, and all of their strength.

I WILL train them to honor authority and live responsibly.

I WILL confront evil, pursue justice, and love mercy.

I WILL pray for others and treat them with kindness, respect, and compassion.

I WILL work diligently to provide for the needs of my family.

I WILL forgive those who have wronged me and reconcile with those I have wronged.

I WILL learn from my mistakes, repent of my sins, and walk with integrity as a man answerable to God.

I WILL seek to honor God, be faithful to His church, obey His Word, and do His will.

I WILL courageously work with the strength God provides to fulfill this resolution for the rest of my life and for His glory.

As for me and my house, we will serve the Lord. – Joshua 24:15



Nah, pas nonton film ini, aku jadi teringat pentingnya peran ayah dalam kehidupan anak.

 Aku ingat dalam buku Ci Grace “Tuhan Masih Menulis Cerita Cinta”, tentang perjanjian antara ayah dan anak yang mereka buat, dan bagaimana hasil yang ia peroleh setelah itu. Juga tulisan soal itu di notes FB, yang bisa dibaca disini

Aku ingat tulisan Ci Shinta  tentang “ Mencari Ayah yang baik untuk Anak-anakku” yang bisa dibaca online di blognya  http://shintapoulsen.com.

Aku juga ingat tulisan tentang peran pria di artikel “ Five Pillars of Manhood" yang pernah aku baca.

Semua pelajaran, dalam hal ini hikmat yang aku dapat saat aku membaca itu semua, kini teringat kembali pas aku nonton film Courageous ini.

Banyak orang yang mengagung-agungkan  peran seorang ibu dalam kehidupan anaknya, aku juga merasa hal itu benar dan patut. Tapi, tidak sedikit orang yang menyepelekan peran ayah dalam hidup seorang anak. Padahal sebaliknya, peran ayah itu sangat penting dalam kehidupan anak-anaknya.
Seperti kata Ci Grace, ada hal yang tidak bisa diajarkan seorang ibu kepada anaknya, dan hanya bisa diajarkan oleh ayah mereka. Tulisannya bisa kalian baca di SINI.

Aku jadi ingat Papa aku sendiri.
Aku punya ayah yang bukan seorang Godly man, and I still pray for him every day.
Meskipun demikian, beliau mengajarkan aku banyak hal. 
Ia mengajarkan aku untuk bersikap seperti seorang lady dan menghargai diriku sebagai seorang perempuan.
Mama sering menceritakan kisah cintanya dengan Papa sama aku ^^, dan dari situ aku tahu kalau Papa sangat hormat, respect sama Mama aku, dan they have a strict boundaries about relationship, especially skinship.

Ia mengajarkan aku untuk punya hati yang besar dan tidak gampang berkecil hati. Papa selalu marah kalau dikit-dikit aku nangis, bukan karena nggak boleh nangis, tapi sejujurnya karena hatinya juga hancur saat anak-anaknya menangis (he told me later about that) dan ia tidak ingin anak-anaknya menjadi seorang yang lemah saat menghadapi tantangan.

Dan yang mungkin paling  berkesan buat aku adalah, ketika Papa negur aku yang bersikap baik dan rajin di gereja dan pelayanan juga sekolah, tapi malas kalau melakukan urusan rumah. Ia bahkan bicara langsung sama Penatua dan kakak-kakak Pembina aku setelah menegur aku secara pribadi. Itu pengalaman yang tak terlupakan deh, hehehe… Dari Papa, aku belajar pelajaran penting soal menjadi seorang wanita di usia remajaku, yaitu mendahulukan rumah dan keluarga. Bahwa perempuan, sesibuk apapun, setinggi apapun pendidikan dan jabatannya, gak boleh melupakan rumah dan keluarganya.

Aku sayang Papa aku dan rindu agar beliau bisa mengenal Tuhan Yesus sebagai Juruselamat pribadinya. Papa memang seorang Kristen, opa aku itu pendeta jemaat di Tobelo, dan waktu muda dulu Papa sangat aktif di kegiatan gereja dan terlibat pelayanan. 
Apa yang menyebabkan beliau berubah? Aku mungkin akan cerita di tulisan yang lain, tapi aku bisa katakan kalau Papa mengalami kekecewaan sama Tuhan dan ia menyerah untuk kembali.

Ya, Papa aku memang baik dan mengajarkan banyak hal yang positif dalam hidup anak-anaknya, tapi karena ia bukan seorang Kristen yang lahir baru, aku juga turut merasakan dampaknya. Ada peristiwa yang membuat aku membenci Papa aku , itu terjadi pas aku kelas 1 SMP dan menyebabkan aku jadi benci sama laki-laki dan ingin jadi superior. Sekarang sih, aku sudah mengampuni Papa aku dan persepsi aku soal laki-laki itu sudah berubah, tapi sampai sekarang, perasaan nggak nyaman kalau bersama teman laki-laki itu masih ada.

Itu salah satunya dan masih banyak lagi masalah-masalah lain yang terjadi.
Bukan berarti aku tidak bersyukur atas sosok Papa yang Tuhan berikan dalam hidupku, tapi aku melihta sendiri gimana jadinya anak-anak kalau tidak ada sosok ayah yang Godly dalam kehidupan mereka.

Oke, kembali lagi….

Gara-gara nonton film Courageous dan kembali mengingat semua pelajaran-pelajaran yang aku terima dari buku maupun tulisan yang aku baca, aku semakin yakin untuk menemukan ayah yang baik buat anak-anakku kelak, ^^.

Ketika kita memutuskan untuk menikah dengan seorang pria, kita bukan hanya memilihnya untuk jadi suami kita tapi juga memilihnya menjadi ayah bagi anak-anak yang Tuhan berikan nantinya. Aku jadi semakin sadar pentingnya seorang ayah dalam kehidupan seorang anak.

Seorang ayah yang baik buat anak-anaknya, aku rasa bisa ditemukan dalam seorang pria yang cinta Tuhan. Pria yang mencintai Tuhan dengan sungguh-sungguh, ia pasti bisa mencintai isteri dan anak-anaknya kelak. Karena ia telah belajar dari kasih itu sendiri, yaitu Yesus Kristus.

Bagi yang belum nonton film Courageous, saya merekomendasikannya untuk ditonton, khususnya cowok-cowok, belajar untuk jadi ayah yang baik buat anak-anak kalian sejak sekarang. Dan buat cewek-cewek, buat komitmen untuk menikah dengan seorang pria yang akan menjadi ayah yang baik buat anak-anak kalian nantinya.


God bless,,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar