Pembacaan
Alkitab sepanjang minggu di gerejaku terdapat dalam Kejadian 41: 37-57, Yusuf
di Mesir sebagai penguasa. Dalam kisah hidup Yusuf di Alkitab, menurut aku
perikop ini adalah bagian klimaks J
.
Setelah mendengar penafsiran mimpinya oleh Yusuf dan ‘presentasi’ tentang
gimana mengatasi bencana kelaparan yang akan datang, Firaun mengambil keputusan
untuk mengangkat Yusuf menjadi penguasa atas Mesir, orang kedua setelah Firaun
sendiri.
Yusuf mungkin
tidak pernah menyangka ia yang adalah seorang Ibrani akan menjadi penguasa atas
seluruh tanah Mesir! Ia yang beberapa jam yang lalu masih seorang narapidana,
kini mengenakan jubah lenan, cincin meterai Firaun dan diarak dengan kereta
kencana Firaun.
Tuhan mengubah
keadaannya yang terpuruk dalam sekejap!
Yusuf, seorang
pemimpi, anak kesayangan ayahnya karena lahir dari isteri yang paling
dicintainya juga lahir di masa tua ayahnya Yakub. Seorang yang elok, baik hati
maupun parasnya. Yang hanya tahu kemah ayahnya juga padang penggembalaan
ternak.
Kemudian
dibuang oleh saudara-saudaranya dan dianggap meninggal. Dijual, dibawa ke tanah
asing, menjadi budak. Tapi karena sikapnya yang takut akan Tuhan dan setia, ia
diberikan kepercayaan atas rumah tuannya. Namun itu tidak bertahan lama
ternyata, karena isteri tuannya memfitnahnya, dan ia masuk penjara. Meskipun
demikian, ia tidak mengeluh, tetap percaya dan setia sama Tuhannya.
Pernah sekali
ia menaruh harap pada manusia, si juru minuman yang diartikan mimpinya, tapi ia
harus menanggung kecewa. Ia akhirnya mendapat pelajaran baru yang berharga, “
Jangan menaruh harapan pada manusia, taruh harapanmu pada Tuhan saja,”
Yup, karena
Tuhan itu setia. Dia tidak pernah melupakan anak-anak yang dikasihi-Nya. Ia
hanya menunggu sampai Yusuf siap, saat waktunya tiba, Ia akan segera bertindak J
Dan Yusuf
melihat sendiri bagaimana pekerjaan tangan Tuhan yang luar biasa dalam
hidupnya.
Secara pribadi,
aku suka sekali perikop ini, dari kemarin dibaca berulang-ulang dan baca beberapa
versi lainnya.
Hal yang
menarik buat aku adalah nama-nama yang diberikan Yusuf kepada dua orang
anaknya, Manasye dan Efraim.
Manasye artinya
Allah telah membuat aku lupa sama sekali kepada kesukaranku dan kepada rumah
bapaku.
Pas aku baca
versi Amplified, ditulis making to
forget.
Kesukaran yang
dialami Yusuf itu…banyak banget. Menurut aku, jika orang lain mengalami seperti
yang Yusuf alami, dibenci dan dibuang saudara-saudaranya, dijual, dijadiin
budak, difitnah sampai masuk penjara, plus dilupakan begitu saja oleh orang
yang sudah ditolongnya, belum tentu dia bakal lupa.
Meskipun orang
itu pada akhirnya sukses, tetap saja dia nggak lupa sama semua orang yang bikin
dia menderita. Banyak malah yang ingin balas dendam. Akar pahit kebencian itu
begitu merasuk dalam hati, sampai-sampai kita nggak bisa melupakan perbuatan
jahat yang sudah orang lain lakukan pada kita.
Tapi, disinilah
kita belajar dari teladan Yusuf.
Ia mengampuni
juga memilih untuk melupakan.
Ia memilih
melupakan perbuatan jahat kakak-kakaknya, perbuatan jahat isteri Potifar,
kesulitannya saat dijual dan menjadi budak, masuk penjara, dan dilupakan sama
orang yang ditolongnya.
Dan siapa yang
membuat Yusuf bisa dan mampu untuk mengampuni dan melupakan segala
kesukarannya?
Ini jelas dalam
nama Manasye…. Allah telah membuat aku lupa sama sekali kepada kesukaranku dan
kepada rumah bapaku.
God made me forget all my hardships and my parental home (MSG)
Allah yang
membuat hati Yusuf menjadi lembut, sehingga ia mampu mengampuni dan melupakan
segala kesukaran yang ia telah alami. Kalau kita baca dalam pasal-pasal
selanjutnya, sangat jelas kalau Yusuf benar-benar sudah FORGIVE AND FORGET
semua kejahatan kakak-kakaknya, malah mengasihi mereka.
Anugerah dan
berkat dari Allah kepadanya, membuat Yusuf mampu melupakan segala kesukaran
yang ia alami. Baginya, kesukaran-kesukaran itu tidak sebanding dengan apa yang
diberikan Allah selama ini kepadanya J
Sedangkan
Efraim, Allah telah membuat aku mendapat anak dalam negeri kesengsaraanku.
Kalo
versi Amplified to be fruitful; God has
caused me to be fruitful in the land of my affliction dan dalam The
Message, ditulis Double Prosperity.
Arti nama yang
indah. Menurut aku, nama ini menggambarkan kebaikan Tuhan dalam hidup Yusuf.
Satu lagi yang
bisa kita teladani dari Yusuf adalah…. INTEGRITASnya.
Mo di rumah
ayahnya, di padang belantara, di rumah Potifar, dikamar berduaan sama isteri
Potifar, di dalam penjara, di istana Firaun, Yusuf tetap sama….
Yusuf yang
cinta Tuhan, Yusuf yang takut Tuhan, Yusuf yang setia, jujur, baik, rajin,dll.
Dimanapun dan
kapanpun, Yusuf tetap jadi anak Tuhan, tetap bawa Tuhan sebagai prioritas nomor
satu dalam kehidupannya, apapun keadaannya.
Yusuf berada di
tempat yang benar-benar nggak nyaman buat dia. Mesir, yang pastinya bukan tempat
favorit Yusuf, soalnya dia di Mesir bukan karena dia jalan-jalan :p, tapi
karena dia dijual ke tanah ini, dijadikan budak dan di zaman itu, budak itu
bukan manusia, nyaris gak ada hak asasinya.
Di Mesir ia juga masuk penjara
karena difitnah sama tante-tante girang, di penjara ketemu sama juru minuman
raja yang lupa sama jasanya dia. Pokoknya, Mesir pastilah bukan tempat yang
bakal dipilih oleh Yusuf buat tinggal, ia ingin pulang saja ke kemah ayahnya
Yakub.
Mesir itu
bagaikan dapur kesengsaraan bagi Yusuf.
Yusuf tidak menemukan harapan disana,
apalagi punya pikiran kalau mimpinya bakal terwujud di negeri itu.
Tapi, justru di
Mesir, Tuhan membentuk Yusuf, mempersiapkan Yusuf menjadi seorang pemimpin yang besar.
Tuhan itu
memang luar biasa, Ia memakai tanah kesengsaraan menjadi tanah dimana Yusuf
bisa bertumbuh dan menghasilkan buah.
Ketika
anak-anaknya lahir di tanah Mesir, Yusuf menyaksikan perbuatan tangan Tuhan
dalam hidupnya lewat nama kedua anaknya.
Hebat ya, si
Yusuf ini, nggak pernah sekalipun ia berubah setia terhadap Tuhan. Hal inilah
yang membuat Tuhan mengaruniakan begitu banyak berkat dalam hidupnya.
Aku belajar dua
hal dari kisah Yusuf hari ini.
Pertama,
belajar mengampuni dan melupakan. Aku sadar, sometimes aku sudah memaafkan
kesalahan orang lain, tapi sulit untuk lupa, dan akhirnya itu mempengaruhi
hubungan antara aku dengan orang tersebut. Aku mau belajar untuk melupakan dan
mengasihi. Asli, susah banget. Tapi aku percaya kalau aku berserah sama Tuhan,
punya hati yang mau diajar, pasti bisa ^^.
Kedua, be
fruitful in sorrow times.
Aku belajar
untuk tidak menyerah dalam masa-masa sukar, malah lebih produktif. Masa sukar
bisa jadi tanah subur untuk kita berbuah. Masa sukar bisa jadi cara Tuhan untuk
membuat kita makin dekat dengan-Nya. Masa sukar bisa jadi dapur peleburan
sifat-sifat buruk kita. Aku ngalamin sendiri hal ini pada akhir tahun 2010
lalu. Masa sukar jangan dijadikan tempat buat kita menumbuhkan buah self-pity
dan menyalahkan Tuhan, tapi jadikan masa sukar untuk bertumbuh dan berbuah.
Jadi berkat buat diri sendiri dan orang lain.
God bless you,
^^
Sudah nonton kartun Joseph King of Dreams gak? Aku paling suka pas bagian yang ada ost.nya yang judulnya Better Than I , tu keren banget Farha d^^b
BalasHapusUdah, mbak Meg. oiya, aku tahu itu ^^... lagunya bagus banget, aku sempat DL dri YT, liriknya nyentuh bgt.
Hapus