Wisdom In Book Youth
Adagio
Judul Buku : Youth Adagio
Pengarang : Alberta Natasia Adji
Kategori Buku : Novel
Penerbit : Lingua Kata, 2013
Saya membaca buku ini di bulan
Mei 2013. Alasan saya membeli novel ini sebenarnya karena judulnya. Ada kata
Adagio, yang merupakan salah satu istilah music, yang saya sukai.
Novel ini bercerita tentang
seorang siswi SMA jurusan music yang bernama Kana Hyuuga. Ia sangat menyukai
piano dan bercita-cita untuk menjadi pianis professional juga belajar di
Conservatoire Paris. Hana sangat mencintai bermain piano dan berbakat, namun
sayangnya ia selalu saja gagal ketika mengikuti kompetisi piano. Walaupun ia
sudah berusaha semaksimal mungkin, tetap saja ia gagal. Hal itu diperburuk
dengan salah satu teman sekolahnya, Hino. Hino yang sangat berbakat bermain
piano dan selalu menjuarai kompetisi piano, selalu mengejek dan merendahkan
Hana. Hal itu membuat Hana selalu merasa tertekan baik di sekolah maupun saat
mengikuti kompetisi piano.
Hana kemudian bertemu dengan
Nagano, pegawai toko kue di samping rumahnya. Nagano punya mimpi untuk menjadi
patiserrie terkenal. Mereka berdua akhirnya dekat, namun Hana kembali mengalami
kekecewaan karena Nagano ternyata punya hubungan masa lalu dengan Hino.
Hana merasa kalah dan tidak cukup
baik. Ia merasa hidupnya selalu diperhadapkan pada hal yang sulit. Sekuat dan
sekeras apapun ia berusaha, ia tetap saja tidak gagal. Keinginannya yang kuat
untuk menggapai mimpinya membuatnya menjadi gadis yang mudah emosi, cepat tawar
hati dan kadang tidak bersyukur dengan apa yang ia miliki saat ini, seperti
orangtua dan sahabat juga guru yang perhatian dan sayang padanya. Fokus
hidupnya hanyalah pada pencapaian mimpinya, sehingga ketika segala sesuatu
tidak berjalan seperti yang ia inginkan, ia menjadi sangat sedih dan mencap
diri sendiri sebagai orang yang gagal.
Hikmat yang aku dapat setelah
membaca buku ini :
1. Mengucap
syukur
Saking fokusnya
untuk mewujudkan mimpinya, Hana nyaris tidak melihat perhatian juga cinta dari
orang tua, sahabat, dan gurunya. Ia juga nyaris kehilangan passion-nya untuk
bermain piano, karena ia terlalu focus untuk memenangkan kompetisi. Ia tidak
mengucap syukur dengan apa yang ia miliki sekarang.
Saya juga punya
mimpi dan keinginan untuk saya capai, dan terkadang saya kecewa dan langsung
down ketika apa yang saya impikan itu atau yang saya inginkan tidak bisa saya
dapatkan, atau jalan menuju mimpi itu terlampau sulit buat saya. Tapi, saya
jadi belajar bahwa mengejar dan mengusahakan mimpi kita itu baik, tapi jangan
terlalu focus pada hal tersebut sehingga kita lupa dengan apa yang kita miliki
saat ini.
Kita lupa ada
begitu banyak berkat Tuhan yang kita miliki sampai saat ini, dan lupa mengucap
syukur untuk itu. Saat kita gagal atau menghadapi tantangan yang sulit, kita
menjadi kecewa dan down, kita merasa kita tidak punya apa-apa, padahal kita
sebenarnya banyak hal yang berharga. Pandangan mata kita yang terlalu focus
pada sesuatu yang kita belum capai, membuat kita tidak melihat banyak hal
berharga yang sebenarnya telah kita miliki dan kita lupa mengucap syukur kepada
Tuhan.
2. Pencapaian
yang lambat bukan berarti kalah atau gagal.
Saya
menggarisbawahi sebuah percakapan antara Hana dan mendiang neneknya waktu ia masih
kecil.
Nenek Hana
berkata,
“ Mimpi tidak
bisa diraih dalam waktu semalam seperti mimpi yang layaknya kau dapat saat
tidur di malam hari. Karenanya, kau harus melewati proses kerja keras dan
pengorbanan waktu yang lama untuk meraihnya. Bukankah itu mirip dengan istilah
tempo dalam musik yang disebut adagio?
Mimpi tidak bisa
tercapai dalam semalam. Ada proses yang di dalamnya berisi kerja keras dan
pengorbanan waktu yang lama untuk meraihnya. Selain kerja keras, tantangan juga
ada masa-masa penantian yang berat ketika kita ingin meraih mimpi. Orang sering
tidak sabar, ingin meraih keinginannya dengan cepat, terburu-buru, tidak
sabaran, sehingga sering putus asa bahkan mengambil jalan pintas untuk
mendapatkannya walaupun itu bukan jalan yang benar.
Saya belajar
bahwa pencapaian mimpi yang lambat bukan berarti kita gagal atau kalah. Justru
dengan proses yang terasa ‘lambat’ itulah pribadi kita makin dibentuk dan
ditempa. Justru dengan banyaknya tantangan yang me’lambat’kan kita, kita justru
menjadi lebih kuat dan bijak. Justru dengan berjalan lebih ‘lambat’ kita
mengamati sesuatu dengan lebih jeli dan teliti, memaknai sesuatu lebih baik,
melihat hal-hal berharga yang akan terlewat dari pandangan kita ketika kita
berjalan tergesa-gesa atau bahkan berlari.
3. Segala
sesuatu indah pada waktunya
Dalam pengantar
novelnya, Alberta sempat menulis :
Adagio, novel
ini mengajarkan pula bahwa dalam proses dan perjalanan panjang kita dalam
meraih impian, bukan berarti kita harus terus berfokus pada tujuan dan
memanfaatkan orang-orang di sekeliling kita sebagai batu pijakan. Justru
sebaliknya, segala macam hal yang terjadi seiring perjalanan hidup kita dan
setiap orang yang kita jumpai, meski sesingkat apapun, bukanlah sesuatu yang
dapat dilupakan begitu saja.
Dan kembali saya
mengutip perkataan nenek Hana padanya :
“ Adagio berarti
perlahan-lahan atau lambat…. Bukankah akan lebih baik bila seseorang tidak
sedemikian berambisi atau terburu-buru untuk mencapai impian dan tujuannya,
melainkan menjalani dan menikmati seluruh proses kerja kerasnya dengan
perlahan-lahan namun pasti?”
“ Ibarat hidup
adalah sebuah sonata panjang yang tiap bagiannya memiliki not dan tanda tempo
yang berlainan. Kita tak perlu begitu tergesa untuk menuju klimaks dari sonata
itu, sebab asal kita memainkan sesuai dengan penghayatan, bagaimanapun kita
akan menuju klimaks dengan kokoh. Sama halnya dengan kehidupan, justru dengan
menjalaninya demikian, kau akan mendapat banyak sekali hal berharga dari
sekitarmu, bahkan tidak kau sangka-sangka.”
Proses menggapai
mimpi tidak mudah dan tidak singkat. Daripada merasa kecewa, sedih dan mulai
menaruh self-pity pada diri sendiri, kenapa tidak menikmati perjalanan itu
sesuai dengan ‘tempo’nya? Saya belajar untuk bersabar dan menanti dengan tenang
penggenapan janji Tuhan dalam hidup saya, sambil berjalan mengikuti tempo yang
telah Tuhan berikan. Setiap not-not dalam sonata hidup sudah diatur oleh Tuhan,
dan kalau kita menjalaninya sesuai dengan arahan dari-Nya, tidak terlalu cepat
dan tidak terlalu lambat, hidup kita akan seperti sonata indah. Lagipula,
klimaks yang terlalu awal atau terlalu cepat, tidak enak didengar di telinga
dan menjadikan sonata yang indah itu rusak meskipun not yang dimainkan tepat.
Segala sesuatu
indah pada waktunya ( Pengkhotbah 3:11)…sungguh tepat sekali ^^.
Aplikasi yang aku lakukan setelah
membaca buku ini :
1. Saya
belajar untuk mengucap syukur atas apa yang telah Tuhan berikan kepada saya di
masa sekarang. Saya masih mengejar mimpi-mimpi saya, tapi saya tidak menjadikan
mimpi-mimpi saya di masa depan menjadi satu-satunya focus dalam hidup saya.
Saya sadar kalau saya memiliki banyak hal untuk dikerjakan di masa sekarang,
contohnya quality time dengan keluarga saya dan pelayanan di gereja. Saya juga
bersyukur untuk masa-masa sulit yang Tuhan izinkan terjadi dalam hidup saya
sebagai bagian dari proses pengejaran mimpi-mimpi saya. Saya bersyukur karena
lewat momen-momen berat dan sulit itulah saya menjadi lebih kuat, lebih bijak
dan makin banyak pelajaran berharga yang saya dapat.
2. Saya
pernah punya rasa iri terhadap teman-teman saya yang hidupnya kelihatan sangat
mudah dibandingkan dengan saya. Mereka dengan mudahnya mendapat pekerjaan
tetap, dengan mudahnya melanjutkan sekolah, dan masih banyak hal lain lagi yang
dengan mudah mereka dapatkan. Berbeda dengan saya yang harus dengan perjuangan
dan waktu yang cukup lama untuk mendapatkannya disertai dengan beberapa kali
kegagalan. Tapi saya tahu kalau rasa iri hati itu tidak berkenan di hadapan
Tuhan dan saya berusaha menghilangkannya dari dalam hati saya. Saya belajar
untuk beriman akan janji yang Tuhan berikan untuk saya. Saya punya pandangan
baru dalam hidup bahwa segala sesuatu yang berjalan lebih lambat bukan berarti
kegagalan atau kekalahan. Jika Tuhan menginginkan hidup saya berjalan dalam
tempo Adagio, maka saya mau berjalan dalam tempo seperti itu.
“ dalam tinggal
tenang dan percaya terletak kekuatanmu,” Yeremia 31:11
3. Saya
mengambil keputusan untuk menantikan janji Tuhan dengan lebih bersabar lagi.
Saya orang yang kurang bisa bersabar, dan gampang tawar hati juga kecil hati.
Setiap kali sesuatu yang saya harapkan tidak terjadi, saya jadi lebih sabar dan
tenang, tahu bahwa Tuhan pegang kontrol atas itu semua.
Hal-hal inilah yang bisa saya
bagikan dari buku Youth Adagio yang saya baca. Semoga bisa memberkati
teman-teman semua,
God bless,,