Setiap pelayanan pasti ada
tantangannya masing-masing. Ada cobaan, pergumulan yang harus dihadapi dan
dilalui. Aku meyakini, bahwa melalui cobaan, tantangan dan pergumulan itulah
kita bisa melihat kuasa Tuhan dalam pelayanan dengan lebih jelas. Kita jadi makin
dekat dan bergantung pada-Nya.
Aku belajar banyak hal selama
melayani anak-anak remaja di gereja aku.
Saat mulai jadi Pembina remaja,
honestly, I have no idea for doing this. Ga ada passion sama sekali,
sejujurnya, untuk melayani adik-adik remaja. Saat ditunjuk jadi Pembina, I just
think this is a place that I can serve God.
Tapi, alasan utamanya adalah karena
aku menyukai kondisi Komisi Remaja, aku nyaman berada bersama-sama dengan
mereka.
Seingatku, aku tidak pernah lulus
dari Komisi Remaja, karena saat usia aku sudah masuk usia Pemuda, aku masih
masuk ibadah Remaja Jemaat meski sudah ikut ibadah dan kegiatan di Pemuda, meskipun posisi aku saat itu bukan lagi seorang
Remaja tapi Pembina mereka, hehehe…
But as time goes, aku merasa
Tuhan memang memanggil aku untuk melayani anak-anak remaja.
Passion aku untuk mereka mulai
tumbuh.
Aku ingin agar anak-anak remaja gereja aku itu bisa mengenal Kristus
secara pribadi sejak usia remaja dan tidak menyia-nyiakan masa remaja mereka.
Aku punya prinsip, bahwa apa yang kita tabur di usia muda kita, which is usia
remaja kita, itulah yang akan kita tabur di masa depan kita.
Dan banyak contoh
nyata yang membuktikan hal tersebut.
Aku tidak bilang kalau aku ini
sudah jadi teladan juga, good role model for them, actually, aku juga punya banyak
kekurangan. Tapi aku berusaha jadi teladan buat adik-adik remaja aku, dalam
setiap aspek kehidupan. Meski aku akui, aku masih sering jatuh bangun dalam
membangun hubungan aku dengan Tuhan Yesus, masih jatuh bangun dalam dosa, I
still need to be purify, molds and shapes to become more like Jesus everyday in
my life.
But, I want that my little
brother and sister in Christ, become a good rolemodel for everyone around them.
Seperti Timotius, anak rohani rasul Paulus.
Aku mau mereka bukan hanya pintar
dan aktif di sekolah, tapi juga aktif dan giat melayani pekerjaan Tuhan.
Aku bangga dengan adik-adik
remaja aku. Mereka punya banyak bakat, kreatif, dan keceriaan mereka yang mudah
menular pada siapapun. Meskipun aku akui, ada banyak anak-anak remaja yang kini
tidak lagi datang ke ibadah, punya pergaulan yang buruk bahkan terjebak dalam
kehidupan malam, drugs, also free sex.
Itulah yang jadi pergumulan aku
sebagai Pembina remaja, dan aku rasa, bukan cuma aku saja, tapi semua Pembina
remaja gereja yang ada.
Aku ingat setahun yang lalu, saat
aku ngobrol dengan salah satu kakak di gereja aku, kita sama-sama Pembina
Remaja. She reminded me to TAKE CARE our teenagers, to KEEP THEM SAFE, also to
PRAY for them. Karena makin banyak saja godaan yang menghampiri adik-adik
remaja kami.
Juga, Mama aku yang senantiasa mengingatkan aku untuk menjaga diri
aku. Yang beliau maksud adalah kekudusan dan kemurnian hidup, agar aku bisa
jadi teladan yang baik buat anak-anak remaja yang aku bina. Karena, bagaimana
kita bisa membina adik-adik kita, menyuruh mereka hidup benar-benar dalam Tuhan
Yesus, padahal diri kita saja belum hidup kudus dan benar di hadapan Tuhan?
Tahun ini, adalah tahun yang
cukup berat buat pelayanan kami. Ada banyak pergumulan dan tantangan yang
dihadapi oleh kami, Pembina Remaja. Mulai dari kehadiran yang menurun drastis
dalam ibadah, baik ibadah jemaat maupun wilayah, partisipasi yang menurun dalam
kegiatan yang dilaksanakan komisi Remaja, dan makin banyak anak-anak remaja
yang terjerumus dalam hal-hal yang negatif.
I feel so bad and so disappointed.
Apakah pelayanan aku gagal? Aku
bertanya pada Tuhan.
Banyak upaya dan cara yang kami
lakukan untuk menarik adik-adik remaja untuk rajin ke ibadah, tapi gak ada
hasilnya. Sampai kami kepikiran untuk mengunjungi mereka satu per satu di
rumah. Mungkin cara ini bakal efektif. And so many things. Aku juga kepikiran
untuk menambah variasi bentuk ibadah.
Aku berpikir, mungkin kami kurang keras
dalam berusaha, tapi segala cara sudah digunakan (menurut kami) tapi tetap
tidak ada hasil.
Sempat kepikiran menyerah saja, dan masa bodoh. Toh,
keselamatan itu urusan masing-masing, tapi Tuhan langsung negur aku saat itu.
“ Kamu egois kalau begitu. Kamu
tidak menyayangi mereka. Mereka itu tanggung jawabmu!”
Mewek langsung. Nangis, minta
ampun sama Tuhan. Hhh…
Aku sadar bahwa memang
keselamatan itu urusan masing-masing, bahkan kita disuruh mengerjakan
keselamatan kita sendiri, tapi, ingat Amanat Agung Tuhan Yesus dalam Matius
28:19,20?
Tuhan menyuruh kita untuk
menjadikan seluruh bangsa di dunia menjadi murid-Nya, percaya kepada-Nya. Jadi
sebagai orang percaya, adalah tanggung jawab kita untuk menyebarkan Firman
Tuhan kepada semua orang.
Aku sadar kalau Tuhan tidak ingin
kita jadi orang Kristen yang egois, yang hanya peduli sama keselamatan diri
sendiri, tapi tidak mau peduli dengan keselamatan orang lain.
Kemudian, aku ditegur dalam I
Yohanes 4:20,21
Jikalau seorang berkata: "Aku
mengasihi Allah," dan ia membenci saudaranya, maka ia adalah pendusta,
karena barangsiapa tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin
mengasihi Allah, yang tidak dilihatnya.
Dan
perintah ini kita terima dari Dia: Barangsiapa mengasihi Allah, ia harus juga
mengasihi saudaranya.
Adik-adik remaja yang aku layani
adalah saudara dan saudariku dalam Tuhan. Dan jangan lupa, Tuhan sangat, sangat
mencintai, mengasihi mereka semua tanpa terkecuali.
Tuhan Yesus yang sudah mati di
kayu salib untuk menebus dosa-dosaku, adalah Tuhan Yesus yang sama, yang juga
mati demi menebus dosa-dosa mereka.
Tuhan Yesus mengasihi mereka,
sejahat apapun mereka, sekurang ajar apapun mereka, betapa berdosanya pun
mereka, no matter what, He still loves them. Karena kasih Tuhan itu, tidak
ditentukan dari perbuatan kita, tapi semata-mata karena anugerah.
Jika Tuhan Yesus mengasihi
mereka, maka aku pun harus demikian.
Aku harus mengasihi mereka, sama seperti
Tuhan Yesus mengasihi mereka.
Tetap mengasihi, walaupun mereka
suka ribut saat ibadah.
Tetap mengasihi, walaupun mereka
malas datang ke ibadah.
Tetap mengasihi, walaupun mereka
datang ke ibadah hanya sekedar ngumpul-ngumpul dengan teman, tanpa ada motivasi
untuk menyembah Tuhan.
Tetap mengasihi, walaupun mereka
nggak dengar sama sekali FirTu yang aku sampaikan.
Tetap mengasihi, walaupun mereka
terkadang nggak menghargai apa yang aku bilang ke mereka.
Tetap mengasihi, walaupun mereka
memandang rendah aku dan Pembina yang lain.
Tetap mengasihi, walaupun orang
lain tidak lagi mengasihi mereka.
Walaupun menurut orang lain,
mereka nggak pantas dikasihi lagi, karena terlalu nakal, terlalu kurang ajar, suka
bikin masalah, dan sebagainya.
I try to see them, just like
Jesus sees them.
Dengan sorot mata-Nya yang penuh belas kasihan, dengan
tangan-Nya yang terulur, dengan hati-Nya yang mendamba agar mereka kembali
kepada-Nya.
Dan saat aku melakukannya, aku
jadi menyayangi mereka, dan tidak mau menyerah untuk mereka.
Sejak saat itu, aku selalu
membawa mereka dalam doa aku setiap hari. Aku menyebut nama-nama mereka satu
per satu. Aku mencoba mencari tahu, apa pergumulan mereka, dalam dosa apa
mereka terjerat, kehidupan mereka di sekolah dan di rumah, bagaimana pergaulan
mereka dan sebagainya sehingga aku bisa meminta dengan cukup spesifik kepada
Tuhan untuk memulihkan anak-anak remaja tersebut.
Aku juga berdoa untuk
anak-anak remaja yang masih setia ke ibadah dan pelayanan, agar mereka makin
dikuatkan imannya sehingga tidak mudah goyah.
Aku percaya bahwa, Tuhan
mencintai mereka, dan Tuhan punya rencana yang indah buat kehidupan mereka.
Mungkin si jahat berusaha merusak mereka, tapi Tuhan tidak pernah gagal, dan
kasih Tuhan sanggup memulihkan mereka.
Dan mereka sangat butuh topangan
doa dari seluruh anggota jemaat. Aku percaya, suatu hari nanti Tuhan akan
bekerja dalam hati mereka masing-masing J.
Aku sadar kalau sebelum ini, aku tidak
sungguh-sungguh dalam melayani mereka. Secara fisik, aku memang melayani mereka
di ibadah dan kegiatan-kegiatan lainnya. Tapi, dalam hati aku, aku tidak
melayani mereka dengan sungguh-sungguh. Aku tidak punya kerinduan untuk mereka
bisa berubah. Tapi, sekarang ini hatiku penuh dengan kerinduan untuk melihat
adik-adik remaja di gereja aku dipulihkan, diubahkan oleh Yesus. Aku rindu
melihat mereka melayani dan menjadi saksi Kristus dimanapun mereka berada. Aku
rindu melihat mereka memuliakan Tuhan Yesus lewat cara hidup mereka.
Kerinduan yang Tuhan taruh dalam hati aku,
menjadi motivasi buat aku untuk tetap setia melayani adik-adik remaja.
As a single girl, I committed to cherish every
second of my singleness season, to use it for God’s glory, to serve His kingdom
and to be content in Him, pursuing my calling.
And this is my calling now, to serve teenager
in my church.
Anak-anak remaja adalah seperti tunas tanaman
yang sedang tumbuh di ladang.
Pembina remaja adalah petani yang memberi pupuk
dan menyiangi lalang.
Tunas tanaman masih rapuh dan lemah, akarnya
belum terlalu kuat untuk menopang dirinya, batangnya masih lemah dan hijau
untuk bertahan jika angin keras datang, daun-daunnya kecil dan masih sedikit
sehingga proses fotosintesis untuk memperoleh makanan belum optimal.
Ia butuh diberi air yang cukup, diberi pupuk
agar ia bisa bertumbuh dengan subur, agar akarnya makin kuat dan kokoh, agar
batangnya bertambah tinggi dan kuat serta tebal sehingga mampu berdiri tegak
dan bertahan jika angin keras menerpa, agar daun-daunnya bertambah banyak dan menghasilkan buah. Dan ia butuh disiangi dengan
teratur agar lalang tidak tumbuh dan menghalangi pertumbuhannya.
Aku pernah membaca, jika sebuah panen gagal,
maka sang petani akan menyelidiki apa penyebab gagalnya panen tersebut. Ada tiga
hal yang akan ia selidiki.
Yang pertama, adalah benih tanaman itu. Apakah
benihnya baik atau buruk?
Jika tidak ada yang salah dengan benih
tersebut, maka ia akan menyelidiki tanahnya.
Apakah gembur, apakah cocok dengan jenis
tanaman yang ia tanam. Jika tidak ada yang salah juga dengan tanahnya, maka
sang petani akan menyelidiki hal yang ketiga.
Ia akan melihat dirinya sendiri.
Jika baik benih maupun tanah tidak ada yang
salah, maka penyebabnya adalah dalam diri sang petani.
Ia harus mengevaluasi dirinya sendiri.
Bagaimana ia mengerjakan tanahnya, menanam
benih itu dalam tanah?
Apakah ia rajin memberi air, memberi pupuk dan
menyiangi tanamannya?
Apa ia mengusir hama yang muncul? Apa ia sudah
bekerja dengan baik dalam mengurus ladangnya?
Sebagai seorang pekerja di ladang Tuhan, kita
patut mengevaluasi diri kita dalam pelayanan. Apakah kita sudah bekerja di
ladang Tuhan dengan baik dan sungguh-sungguh?
Apakah kita mengurus ‘tanaman-tanaman’ Tuhan
dengan telaten dan penuh kasih sayang?
Jika kita ingin mendapatkan hasil panen yang
banyak dan baik, janganlah malas bekerja juga bekerjalah dengan
sungguh-sungguh.
Kita dipanggil menjadi pekerja-pekerja di
ladang semata-mata juga karena anugerah-Nya.
Mari bekerja lebih giat dan sungguh-sungguh,
agar saat musim panen tiba, kita bisa menuai buah-buah yang baik dan banyak
jumlahnya.
God bless Tumpengan Teenagers,,