Jumat, 28 Desember 2012

KNOCK! KNOCK! KNOCK!


Tok! Tok! Tok!

Suara ketukan lembut terdengar dari balik pintu hatiku.

“ Siapa yang datang?” Aku bertanya pada diriku sendiri.

Pelan-pelan, aku berjalan ke arah pintu, lalu mengintip dari balik jendela.

Aku terkejut ketika melihat sosok yang berdiri di luar pintu.

Itu Tuhan Yesus!

Aku terkesiap panik.

Yesus?

Yesus datang dan Ia mengetuk pintu hatiku, rumahku.

Dan lihat, Ia menunggu aku untuk membukakan pintu bagi-Nya

Haruskah aku membuka pintu?

Aku mendesah pelan sambil menatap sekelilingku.


Ah, bagaimana aku bisa membiarkan-Nya masuk ke dalam sini? Ke dalam hatiku? Ke dalam rumahku?

Disini kotor dan berantakan.

Lihat, dinding-dindingnya retak akibat terlalu banyak sakit hati yang kurasakan,

catnya terkelupas karena aku terlalu banyak menelan kekecewaan.

Jendela-jendelanya kusam dan kotor karena banyak kepahitan yang kualami.

Perabotan-perabotannya tua, rusak dan tertutup dengan debu masa lalu yang kelam.

Tiang-tiangnya hampir rubuh karena imanku sering digoncang oleh badai pergumulan.


Dan kamarku?

Penuh sampah dan kotoran.

Terlalu banyak dusta, iri hati, kesombongan, egois dan amarah yang kusimpan di dalamnya.


Oh! Lihat kursi-kursiku!

Tua dan rusak juga hampir patah karena tidak ada lagi harapan.

Mana mungkin aku menyuruh-Nya duduk disitu?


Juga… disini sangat gelap.

Tidak ada setitik pun cahaya di dalam sini.

Yang ada hanyalah kegelapan.


Tidak! Tidak! Tidak!

Aku tidak layak menerima-Nya di rumahku.

Rumahku sempit, kotor, penuh debu dan berantakan.

Aku malu.

Mana mungkin seorang Raja masuk ke dalam sini?

Hatiku yang rusak, penuh luka dan kotor karena dosa.


Tok!Tok!Tok!

Ketukan lembut itu terdengar kembali.

Rupanya Ia masih berdiri di depan pintu.

Aku membuatnya menunggu terlalu lama.

Aku berjalan ke arah pintu dan siap memutar kunci, tapi…

Kupandangi lagi isi rumahku yang bobrok.

Aku jadi ragu-ragu dan menarik kembali kunci itu.


Tidak! Tidak! Tidak!

Kujauhkan tanganku cepat-cepat dari pintu dan mundur menjauhi pintu.

Aku tidak akan membiarkan Ia masuk ke dalam sini.

Lagipula, untuk apa Ia ke sini? Ke rumahku?

Rumahku tidak layak didatangi seorang Tuhan yang mulia.

Tidak, aku tidak akan membukanya.


“ Anak-Ku, bukalah pintunya,”

Aku terkejut mendengar suara-Nya dari balik pintu.

Ah, bagaimana mungkin ada suara yang selembut dan seindah ini?

“ Anak-Ku, Kumohon, bukalah pintunya,”

“ Biarkan aku masuk ke dalam,” kata-Nya lagi, memohon.

“ Tidak, TUHAN,” Aku menggeleng dengan putus asa.

“ Disini kotor dan berantakan, penuh sampah. Kau akan jijik melihat semua di dalam sini,”

“ Aku,aku… tidak bisa menerima-Mu di dalam sini,” ujarku.

“ Lagipula, untuk apa Kau kesini, Tuhan? Aku tidak punya apa-apa disini. Aku tidak bisa memberikan apapun kepada-Mu,” Aku bersikeras dengan pendirianku.


“ Anak-Ku, biarkanlah Aku masuk ke dalam rumahmu, ke dalam hatimu,”

Kenapa Ia begitu keras kepala?

Aku sudah menolak-Nya tadi. Apa Ia tetap akan bersikeras seperti ini?

“ Tidak, Tuhan. Pergilah. Kau tidak tahu seperti apa di dalam sini. Disini gelap dan kotor.”

Kuharap Ia segera pergi dari depan pintuku.

Aku tidak butuh diri-Nya.

Aku bisa sendirian.

Aku sudah terbiasa di dalam sini.

Aku terbiasa sendirian, juga…ehm, kesepian.


“ Anak-Ku, Aku tahu persis keadaan di dalam sana. Tapi, biarkanlah Aku masuk,”

Ah, kenapa Tuhan begitu memaksa? Aku mulai kesal.

“ Untuk apa, Tuhan? Untuk apa Kau datang kesini?!” Nada suaraku mulai meninggi.

“ Untuk mengubahnya,” jawab-Nya mantap.

“ Aku akan mendekorasi ulang hatimu, - rumahmu-, Aku akan menghiasinya dengan kasih,”

“ Pertama-tama, Aku akan membuka semua jendela-jendelamu sehingga wangi sukacita akan memenuhi ruangan-ruangan di dalam rumahmu. Bau busuk kesedihan akan segera hilang dari dalam rumahmu,”

“ Aku akan membersihkan setiap sampah dusta, iri hati, juga amarah yang kau simpan dalam kamarmu,”

“ Perabotanmu yang kotor dan penuh debu kesombongan juga mementingkan diri sendiri, akan kubuang,”

“ Akan Kuberikan perabotan yang baru untukmu. Ruangan-ruangan hatimu akan diisi dengan kejujuran, kelemahlembutan, kerendahan hati juga kesetiaan.”

“ Dan dinding-dindingmu? Aku akan menggantung hiasan visi keselamatan juga hidup kekal dan itu akan dibingkai oleh pemenuhan yang seutuhnya dari-Ku,”

“ Kau tahu? Aku akan mengecat rumahmu dengan warna-warna yang memberi kehangatan, keramahan, sukacita, kelembutan dan Aku akan mengokohkan tiang-tiang rumahmu dengan iman, pengertian dan hikmat, sehingga engkau bisa bertahan sampai pada akhirnya, meskipun badai pergumulan datang.

“ Dan lantainya… akan Kupasangi dengan kepercayaan, dindingnya akan kuhiasi dengan kesabaran, dan Aku akan menaruh cahaya pengharapan yang menyingkirkan setiap sisi gelap, mengusir kegelapan yang selama ini ada di dalammu,”

“ Dan cermin di rumahmu akan merefleksikan komitmen untuk saling mengasihi antara Aku dan engkau,”

“ Nah, Anak-Ku, Aku akan melakukan semuanya itu asal kau mau membuka pintu untuk-Ku.

Aku berjanji akan mengubah seluruhnya dan percayalah, karena Aku tidak pernah berdusta.

Aku akan menjadi penjaga hatimu dan tidak akan membiarkan hatimu disakiti asalkan kau 
mau membiarkan Aku masuk dan mengubahmu.”

“ So, here I stand, My child… Would you please let Me in?”

Kupandangi lagi sekelilingku. Rumahku yang kotor dan bobrok.

Bisakah Ia mengubahnya?

Kupandangi kunci di tanganku dan pintu di depanku bergantian.

Perlahan, aku berjalan ke arah pintu, dengan langkah pasti.

Perlahan, keraguanku menghilang dan benar-benar tidak ada lagi yang menghalangiku saat aku memutar kunci pintu dan membukakan pintu bagi Yesus.

Lalu membiarkan Ia masuk ke dalam rumahku, ke dalam hatiku.

Dan kau tahu? Sejak saat itu, hidupku tak pernah sama lagi. ^^

***

Hati aku adalah rumahku.

Salomo menulis,
“ Seperti air mencerminkan wajah, demikianlah hati manusia mencerminkan manusia itu,”
Amsal 27:19.

Keadaan hati kita menentukan kehidupan kita, mempengaruhi kesehatan tubuh kita, kalau hati kita sakit maka seluruh tubuh kita akan terkena dampaknya.

Karena itulah, kita harus menjaga hati kita sebaik-baiknya.
“ Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan,”
Amsal 4:23

Bagaimana menjaga hati kita dengan segala kewaspadaan?

Biarkan Tuhan Yesus masuk ke dalam hati kita.

Jangan hanya membiarkan Ia masuk dan duduk di ruang tamu, tapi biarkan Ia masuk ke dalam kamarmu, ruang paling pribadi dalam hatimu.

Biarkan Ia tinggal di dalam hatimu. Biarkan Ia mengubah hatimu agar menjadi serupa dengan-Nya.

Selaraskan hatimu dengan hati-Nya.

Mungkin ada perubahan-perubahan yang akan tidak kau sukai.

Mungkin Ia akan membuang perabotan-perabotan tua yang kau sayangi tapi hanya mengotori rumahmu (dalam hal ini,, hatimu)

Mungkin Ia juga akan merombak total hatimu sehingga tampaknya jadi lebih berantakan, tapi percayalah hasilnya akan jauh lebih indah dan jauh lebih daripada yang kau bayangkan.

Ia arsitek terhebat. Ia juga desainer interior paling hebat di seluruh dunia dan di sorga. ^^.

Lihat, Ia berdiri di depan pintu hatimu.

Mungkin Ia sudah mengetuk ribuan kali tapi kau tak kunjung membukakan pintu.

Tapi Ia tidak akan menyerah padamu, Ia tidak akan menyerah sampai kau membuka pintu.

Tuhan bisa saja menerobos masuk ke dalam, tapi Ia tidak mau.

Ia ingin kau sendiri yang MEMILIH untuk membukakan pintu rumahmu, pintu hatimu.

Jangan membiarkan Ia menunggu terlalu lama.

Segera ambil kunci hatimu, dan bukalah pintu hatimu.

Biarkan ia masuk dan mengubah hatimu!


Inspired from book " what to do until you find love?"  Michelle McKinney Hammond ^^.


God  bless,

2 komentar: