Saat ini, aku sedang menonton
drama Korea (lagi ^^) yang judulnya “Flower Boy Next Door”.
Sejauh ini sih aku
merasa ceritanya bagus, pemain-pemainnya juga bagus, Yoon Shi Yoon dan Park
Shin Hye adalah artis yang cukup terkenal dan aktingnya bagus.
Drama ini bercerita tentang Go
Dok Mi, seorang editor buku yang punya impian menjadi penulis buku dongeng
anak-anak. Kehidupannya berubah karena pengalaman di-bully waktu SMA, ia
menjadi seseorang yang anti-social. Ia tinggal di sebuah apartemen Ocean
Village, di apartemen nomor 402. Go Dok Mi punya seorang secret admirer, yaitu
tetangga sebelahnya, apartemen 401, seorang pembuat web toon yang namanya Oh
Jae Won.
Oh Jae Won menunjukkan cintanya
kepada Go Dok Mi dengan diam-diam, ia tidak menunjukkannya secara langsung
karena ia tidak ingin mengusik kehidupan gadis itu. Ia menunjukkan cintanya
kepada Dok Mi dengan mencegah siapapun yang mau masuk ke dalam kehidupan Go Dok
Mi dan mengusiknya. Oh Jae Won tidak ingin siapapun membuat Go Dok Mi tidak
nyaman ataupun terganggu. Ia menyukai gadis itu selama 3 tahun mereka
bersebelahan, tanpa pernah menyatakannya secara langsung kepada Go Dok Mi.
Kehidupan Go Dok Mi yang aman,
nyaman, dan sepi, terusik dengan kehadiran Enrique Geum, yang adalah pembuat
Game yang terkenal di dunia, yang datang dari Spanyol ke Seoul. Karena suatu
dan lain hal, si Enrique ini jadi penasaran tentang kehidupan Go Dok Mi yang
selalu mengunci diri di kamar, tidak mau bergaul dengan orang lain, bahkan tidak
mau bicara.
Enrique akhirnya memutuskan untuk
membuat Go Dok Mi berubah. Ia ingin Go Dok Mi mengenal dunia luar, keluar dari
kamarnya dan bertemu dan bergaul dengan banyak orang, bekerja di kantor seperti
kebanyakan orang lain, intinya punya kehidupan normal, tidak lagi penakut dan
hidup sendirian di kamarnya. Yeah, seperti kebanyakan drama Korea yang romantis, si Enrique ini akhirnya jatuh
cinta pada Go Dok Mi.
Berbeda dengan Oh Jae Won yang
menunjukkan cintanya kepada Go Dok Mi dengan membiarkan Go Dok Mi tetap tinggal
tenang dalam ‘dunia’nya, alias sendirian di kamar, dan mengurung diri, juga
menghindari interaksi dengan orang lain dan dunia luar, Enrique Geum menunjukkan cintanya kepada
gadis itu dengan cara yang lain.
Ia berusaha dengan sangat keras,
bahkan sampai memaksa dan terkadang menyeret Go Dok Mi keluar dari kamarnya.
Enrique tahu kalau diam terkurung di kamar sendirian serta menutup diri dari
dunia luar, bukanlah hal yang baik bagi Go Dok Mi. Enrique ingin Go Dok Mi
mengatasi ketakutan dan traumanya. Ia tahu bahwa Go Dok Mi tidak
nyaman dengan dunia luar, juga ketakutan jika berada di tengah kerumunan karena
trauma masa lalunya, bahkan nyaris tidak pernah bicara kepada orang lain tetapi
ia tetap mendorong gadis itu untuk keluar. Meskipun ia berkali-kali ditolak
oleh Go Dok Mi, yang tidak ingin dunia kecilnya yang aman terganggu, ia tidak
menyerah.
Aku ingat satu kalimat yang
pernah diucapkan oleh Enrique,
“ Kalau aku sudah memulai membuat
suatu Game, aku tidak akan berhenti sampai melihat akhirnya,”
Enrique tidak menyerah sampai
akhirnya Go Dok Mi mau keluar dari kamarnya, mau bergaul dengan orang lain,
mengatasi traumanya dengan mantan sahabatnya, bekerja di kantor dan mulai
mewujudkan impiannya menjadi penulis dongeng anak-anak.
Pokoknya, ceritanya so sweet ^^…
juga banyak adegan lucu dan konyol yang membuat aku sering tertawa sendiri saat
nonton,kkkkk…
Saat nonton drama ini, aku
teringat pada sosok Yesus dan kita, manusia.
Seperti Go Dok Mi, kita dulunya
hidup terkurung dalam dosa.
Kita hidup dalam dunia yang
gelap, suram, dan tanpa sukacita ataupun damai sejahtera.
Kita tidak bisa keluar dari kamar
‘dosa’ kita, karena sekuat apapun kita berusaha kita tetap tidak bisa keluar.
Kita takut untuk keluar dari
sana, kita merasa kita tidak bisa lepas dari dosa yang mengkungkung kehidupan
kita.
Dan akhirnya, lama kelamaan,
karena kita terlalu lama hidup dalam dosa, hidup dalam ‘kamar’ yang gelap,
sendirian, kita menjadi nyaman dengan kehidupan kita yang penuh dosa, tidak
lagi berusaha untuk keluar dari tempat itu, melainkan pasrah saja kalau hidup
kita akan selamanya berada di tempat itu. Kita selamanya akan hidup dalam dunia
yang gelap, suram, tidak ada masa depan buat kita. Kita tidak mau membuka diri
kepada kebenaran dan terang, karena kita sudah terlalu nyaman dengan suasana
yang gelap dalam hidup kita.
Dalam drama di atas, tokoh
Enrique tanpa kenal lelah meminta Go Dok Mi untuk memulai kehidupan baru, tidak
anti-social lagi, tidak menutup diri
lagi, dan menyelesaikan masalahnya dengan sahabatnya.
Hal itu tidak mudah, karena si Go
Dok Mi sangat keras kepala. Ia terlalu nyaman ( tapi juga aku pikir ia takut)
dengan keadaannya sekarang, sendirian di kamar, tidak ada yang mengganggu,
walaupun kesepian, itu lebih baik daripada ia harus keluar dan bergaul dengan
orang lain. Enrique harus berusaha sangat keras, bahkan pernah menyeret Go Dok
Mi keluar dari kamarnya. Ia juga pernah ditolak mentah-mentah, dimarahi oleh Go
Dok Mi yang kesal karena kehidupannya yang ‘diganggu’ oleh Enrique.
Tapi syukurlah, seperti tokoh
Enrique yang menolong Go Dok Mi, ada Pribadi Tuhan Yesus yang mau mendorong kita
keluar dari kamar ‘dosa’ kita.
Tuhan Yesus tahu kalau kehidupan
dalam kamar yang gelap, suram, penuh dosa bukan hal yang baik buat kehidupan
kita.
Ia ingin mengeluarkan kita dalam
kehidupan yang gelap dan penuh dosa, dan membawa kita pada kebenaran dan
terang.
Ia ingin membebaskan kita dari
ketakutan-ketakutan, trauma, masalah yang selama ini mengurung kita, dan
membawa kita pada kehidupan yang penuh kasih, sukacita dan damai sejahtera.
Hmm,
Berapa kali kita menolak Dia,
saat Ia memanggil-manggil nama kita untuk keluar dari kamar ‘dosa’ kita?
Berapa kali kita mengacuhkan Dia,
saat Ia mengetuk pintu hati kita, berulang-ulang, tanpa henti, setiap hari?
Namun kita pura-pura tidak mendengarnya.
Berapa kali kita membanting pintu
di hadapan Tuhan, mengatakan kalau kita tidak suka diganggu dan tidak ingin
dipanggil keluar dari kamar ‘dosa’ kita?
Berapa kali kita menyakiti
hati-Nya dengan penolakan kita untuk lepas dari dosa?
Kita tidak percaya kalau
kehidupan di bawah terang-Nya jauh lebih baik
Kita tidak yakin kalau hidup
dengan Tuhan akan nyaman buat kita.
Kita terlalu lama hidup dalam
kegelapan, sehingga terang matahari akan menyakiti mata kita, dan membuat kita
enggan untuk keluar.
Kita tidak percaya bahwa Ia
benar-benar mengasihi kita dan juga janji-janji-Nya, ketika Ia menjanjikan rancangan
masa depan yang membawa damai sejahtera dan bukan kecelakaan.
Ketika aku menonton drama
tersebut, aku sempat gemes melihat si Go Dok Mi yang cuek, keras kepala, dan
gak peduli sama semua usaha Enrique, dan…. aku sadar kalau seringnya aku juga
begitu sama Tuhan.
Berapa kali aku ditegur sama
Tuhan dan aku cuek, nggak peduli, bahkan sebal? Kayaknya sering, deh.
Sering aku menganggap remeh semua
anugerah, kasih karunia, juga berkat-Nya dalam hidup aku.
Ketika membayangkan Tuhan yang
kecewa dan sedih karena perlakuan aku pada-Nya, aku merasa malu.
Tuhan, ampuni Farha >,<…
Selain itu, aku juga belajar
bahwa kasih Tuhan pada kita itu adalah kasih yang ‘aktif’.
Dalam drama itu, ada dua pria
yang jatuh cinta pada Go Dok Mi, Oh Jae Won dan Enrique. Mereka berdua menunjukkan
bentuk cinta yang berbeda. Oh Jae Won, menunjukkan kasih yang pasif, kasih yang
salah (menurut aku), karena ia membiarkan Go Dok Mi hidup dalam ‘cangkang’ nya,
ia menunjukkan kasihnya kepada Go Dok Mi dengan membiarkan kehidupan gadis itu
tetap seperti yang ia inginkan. Tertutup, anti social, dan penakut.
Secara
pribadi, meskipun Oh Jae Won ini baik, menyayangi Go Dok Mi dengan tulus, tapi
bentuk kasih yang ia tunjukkan itu salah. Membiarkan Go Dok Mi terus hidup
secara tertutup dan menjadi pribadi antisocial karena gadis itu merasa nyaman
dan kelihatan ‘bahagia’, bukanlah hal yang benar. Pria ini tidak tega membuat
Go Dok Mi keluar dari ‘zona nyaman’nya, padahal untuk hidup bahagia, Go Dok Mi
harus mau keluar dari ‘zona nyaman’nya alias kamarnya, dan mulai hidup bergaul
dengan orang lain.
Sebaliknya, bentuk kasih yang
ditunjukkan Enrique, adalah bentuk kasih yang aktif. Sama seperti Tuhan Yesus
yang tidak ingin membiarkan kehidupan kita dikuasai dosa dan hidup dalam
kegelapan. Tuhan Yesus berusaha agar kita mau keluar dari kehidupan kita yang
penuh dosa. Tidak berhenti memanggil nama kita, berdiri di depan pintu dan
tanpa henti mengetuk. Sebanyak apapun kita memberi kata penolakan, ia tidak
pernah menyerah terhadap kita.
Dan ekspresi kasih terbesar yang
Ia lakukan buat kita adalah dengan mengorbankan nyawa-Nya di kayu salib. Karena
Ia begitu mengasihi kita, Ia mengambil posisi kita sebagai ‘pendosa’ dan
dihukum mati. Semua itu agar kita bisa keluar dari kungkungan dosa, tidak hidup
lagi dalam kegelapan tapi dalam terang, hidup kekal bersama dengan-Nya
selamanya di sorga.
Saat merenungkan hal ini, aku
merasakan ada sukacita, karena sekali lagi Tuhan mengingatkan aku bahwa betapa
aku sangat dicintai oleh-Nya.
Dan fakta bahwa Tuhan rela
melakukan apapun untuk membuat aku menyadari betapa besar kasih-Nya, untuk
membuat aku menyerahkan hidupku kepada-Nya, I feel so loved, so grateful. I’m
precious in His eyes.
Terimakasih Yesus, karena Engkau
telah menarik aku keluar dari kungkungan dosa dan memberiku hidup yang baru di
bawah terang-Mu.
God bless,,