Ketika Yesus berada di Betania,
di rumah Simon si kusta, dan sedang duduk makan, datanglah seorang perempuan
membawa suatu buli-buli pualam berisi minyak narwastu yang mahal harganya.
Setelah dipecahkannya leher bui-buli itu, dicurahkannya minyak itu ke atas
kepala Yesus.
(Markus 14 : 3)
Peristiwa Yesus diurapi ditulis
dalam 3 kitab Injil, yaitu dalam Matius, Markus dan Yohanes.
Dalam kitab Matius dan Markus,
tidak dituliskan siapa perempuan yang mengurapi Yesus, tetapi dalam kitab
Yohanes, disebutkan bahwa perempuan yang mengurapi Yesus adalah Maria.
Maria, saudara Lazarus dan Marta
dan mereka tinggal di Betania.
Ketika Yesus
berada di Betania dan makan di rumah Simon si kusta, maka Maria datang dengan
membawa minyak narwastu murni yang harganya 300 dinar. Ia lalu mengurapi Yesus,
meminyaki kepalanya dengan minyak itu, mencuci kaki Tuhan Yesus dengan air
matanya dan membasuh menggunakan rambutnya.
Maria datang ke
tempat itu tanpa pemberitahuan ataupun pengumuman, apalagi minta izin kepada
sang tuan rumah. Ia hanya mengetahui kalau Yesus ada di Betania, di desanya dan
dengan segera ia membawa buli-buli pualam berisi minyak narwastu murni miliknya
untuk mengurapi Yesus.
Ia tidak menghiraukan tanggapan orang lain ataupun peduli pada kebencian di mata orang-orang yang melihatnya mengurapi Tuhan Yesus.
Kira-kira, apa
alasan Maria melakukan tindakan yang tidak disangka-sangka orang banyak ini?
Apa alasan Maria
mengurapi Tuhan Yesus?
Menurut aku, ada
3 alasan kenapa Maria mengurapi Yesus.
a.
Tanda ucapan syukur
Maria mengucap syukur atas perjumpaannya dengan Tuhan
Yesus. Maria mengucap syukur karena ia bisa berjumpa dengan Tuhan Yesus dan
pertemuan itu mengubah seluruh kehidupannya. Dari seorang wanita yang penuh
dosa, dari wanita yang tidak tahu arah dan tujuan hidupnya, setelah ia berjumpa
dengan Tuhan Yesus, hidupnya diubahkan, hidupnya yang tidak punya arah dan
tujuan kini memiliki satu tujuan yang pasti. Memuliakan Tuhan dan Rajanya,
yaitu Yesus.
Maria mengucap syukur atas kasih karunia yang telah ia
terima dari Yesus.
Aku tidak tahu bagaimana Maria ini berjumpa pertama
kali dengan Yesus. Mungkin saja ia mendengar salah satu khotbah Yesus dan
percaya bahwa Yesus adalah Tuhan. Atau, ia melihat mujizat yang Yesus lakukan.
Yang jelas, setelah berjumpa dengan Yesus, hidup Maria tidak pernah sama lagi.
Dan bagi Maria, tanda ungkapan syukurnya adalah dengan
memberikan harta paling berharga yang ia miliki dan melayani Tuhan sebagai
seorang hamba.
Ia membawa buli-buli pualam berisi minyak narwastu
murni seharga 300 dinar. Jika 1 dinar waktu itu adalah upah sehari bagi seorang
pekerja, maka minyak seharga 300 dinar sudah tentu bukan barang yang murah
ataupun mudah diperoleh.
Tapi harga ternyata bukan masalah buat Maria. Baginya
kasih karunia dan keselamatan yang telah ia terima jauh lebih berharga dari
apapun. Ia memberikan hartanya yang berharga kepada Pribadi yang mengubahkan
hidupnya, Tuhan Yesus.
Selain memberikan miliknya yang berharga, Maria juga
melayani Yesus sebagai hamba-Nya.
Membasuh dan mencuci kaki seseorang, bukankah pekerjaan
seorang hamba?
Maria membasuh kaki Yesus menggunakan airmatanya dan
menyekanya dengan rambutnya sendiri.
Apa ia membayangkan dirinya yang penuh dosa dan telah
diselamatkan saat ia mengurapi Tuhan Yesus?
Maria benar-benar menganggap dirinya sungguh tak
layak, seorang hamba bagi Tuhan Yesus.
Menurut aku, ini sebuah tanda bahwa Maria benar-benar
adalah murid Tuhan yang rela melakukan apapun demi Tuhannya, rela melayani,
rendah hati.
Sikap yang patut diteladani dari seorang Maria.
Saat membaca dan merenungkan tentang Maria dari
Betania ini, aku bertanya pada diri sendiri.
Apa aku rela menyerahkan milikku yang paling berharga
untuk diberikan pada Tuhan?
Jika Tuhan memanggil aku untuk melayaninya, apa aku
siap meninggalkan semua kehidupan nyamanku? Keluarga, teman-teman, pekerjaan,
bahkan kota ataupun negeriku?
Dan, sebagai hamba Tuhan, apa aku sudah menunjukkan
sikap seperti Maria?
Berhati hamba,melayani Tuhan dengan sepenuh hati, juga
bersikap rendah hati?
Bukannya selama ini aku bersikap sebaliknya? Bukannya
berhati hamba, tapi sok memerintah Tuhan, banyak bersungut-sungut dalam
melayani?
Kita semuanya dulunya sama seperti Maria. Penuh dosa,
tidak layak di hadapa Tuhan. Tapi perjumpaan kita dengan Yesus mengubah seluruh
kehidupan kita. Bukankah itu sesuatu yang benar-benar layak untuk disyukuri?
Apa yang kita berikan kepada Tuhan sebagai ungkapan
syukur kita?
Sudahkah kita memberikan yang terbaik dari diri kita
kepada Tuhan, seperti halnya Maria dari Betania?
b.
Tanda cinta pada Tuhan
Aku pernah baca di buku ‘Lady in Waiting’, kalau
setiap wanita Yahudi memiliki buli-buli pualam yang berisi minyak narwastu
murni. Benda itu akan disimpan oleh wanita itu sampai hari pernikahannya,
sebagai hadiah bagi suaminya juga penghormatan bagi suaminya itu. Ia akan
memecahkan buli-buli pualam berisi minyak itu dan mengurapi kaki suaminya.
Ya, dengan memecahkan buli-buli pualam dan mengurapi
Yesus dengan minyak narwastu di dalamnya, Maria telah mengambil keputusan untuk
menyerahkan dirinya seutuhnya kepada Tuhan, untuk melayani Tuhan seumur
hidupnya. Ia menyerahkan hatinya untuk Tuhan Yesus.
Aku nggak tahu apakah Maria dari Betania ini tidak
menikah atau bagaimana, tetapi dengan memecahkan buli-buli pualam itu, Maria
sebenarnya mengambil resiko bahwa ia mungkin tidak akan menikah. Karena
buli-buli pualam itu sangat mahal harganya dan butuh waktu yang lama untuk
mengumpulkan uang buat membelinya lagi.
Yang jelas, pengurapan yang dilakukan Maria dari
Betania kepada Tuhan Yesus, selain tanda ungkapan syukur juga sebagai tanda
cinta Maria untuk Tuhan dan Juruselamatnya.
Ini bukti kalau Maria sangat mengasihi Yesus lebih
dari dirinya sendiri.
Setiap tetes minyak narwastu yang dicurahkannya ke
atas kepala Yesus adalah bukti cintanya untuk Tuhan.
Setiap tetes airmatanya yang menetes di kaki Yesus
adalah lambang penyembahannya untuk Tuhan.
Setiap helai rambut yang menyeka kaki Yesus adalah
lambang penyerahan dirinya untuk Tuhan.
Akhir-akhir ini, aku sedang membaca buku ‘ Crazy
Love’-nya Francis Chan.
Buku itu benar-benar menemplak aku tentang cinta aku
kepada Tuhan.
Setelah membaca buku itu, aku jadi bertanya sama diri
aku sendiri
“ Apa benar aku sudah mencintai Tuhan dengan
sungguh-sungguh?”
Mengikut Yesus bukanlah sesuatu
yang dapat dilakukan dengan setengah hati atau sebagai pekerjaan sampingan. Ini
bukanlah label yang dapat kita tampilkan ketika ada gunanya. Menjadi pengikut
Kristus harus menjadi inti dari segala sesuatu yang kita lakukan dan inti dari
seluruh jati diri kita.
Sesungguhnya, tak ada hal
apapun yang perlu menjadi perhatian kita lebih dari hubungan kita dengan Tuhan;
karena hubungan ini berkaitan dengan kekekalan, dan tak ada hal lain yang dapat
menandinginya. (Francis Chan - Crazy Love)
Maria merupakan teladan bagaimana mengasihi Yesus
lebih dari apapun juga. Bagi Maria, hubungannya dengan Yesuslah yang
terpenting. Ini terlihat jelas saat Yesus datang ke rumahnya. Ia tidak
menyibukkan diri di dapur seperti Marta, saudaranya, melainkan duduk di kaki
Yesus dan mendengarkan-Nya.
Maria tahu apa yang paling penting dalam hidupnya, yaitu
bagaimana ia mengasihi Tuhan dengan seluruh hidupnya.
Dan Tuhan menyukai sikap seperti itu. Tuhan senang
kalau anak-anak-Nya mencintai Dia lebih dari apapun di dunia ini. Tuhan senang
kalau anak-anak-Nya tahu bahwa yang terpenting di dunia ini adalah hubungan
mereka dengan-Nya.
Maybe, orang lain bakal menganggap itu tidak masuk
akal. Banyak orang yang punya pikiran seperti Marta, menganggap Tuhan itu
‘bagian’ dari kehidupannya, bukan keseluruhan hidupnya.
Sikap seperti Maria yang Tuhan inginkan ada dalam diri
setiap anak-anak-Nya.
Mengasihi Dia lebih dari hidup itu sendiri.
c.
Maria mendapat pewahyuan tentang kematian Tuhan
Yesus
Yesus meninggal sehari sebelum hari Sabat. Tuhan Yesus
pun nanti diturunkan sore menjelang malam, karena pada hari Sabat tidak boleh
ada mayat tergantung. Yusuf dari Arimatea mengambil mayat Yesus untuk
dikuburkan dan bersama-sama dengan Nikodemus mereka berdua mempersiapkan
penguburan Yesus.
Waktu untuk mempersiapkan mayat Yesus sebelum dikubur
tidak cukup, sehingga baik Yusuf dan Nikodemus tidak sempat merempah-rempahi
mayat Yesus,karena sudah masuk waktu untuk Sabat.
Maria dari Betania telah mendapat pewahyuan dari Allah
untuk mengurapi Tuhan Yesus sebelum kematian-Nya.
Tuhan memakai Maria dari Betania dengan cara yang
sungguh luar biasa. Ia mendapat privilege yang luar biasa menurut aku.
Mengurapi Tuhan Yesus, sebagai bagian dari persiapan kematian-Nya.
Dan janji Tuhan untuk orang yang setia dan
mengasihi-Nya seperti Maria gak main-main.
Tuhan sendiri mengatakan bahwa apa yang Maria lakukan
ini adalah :
Good and beautiful thing, praiseworthy and noble thing
(Terjemahan Amplified Bible).
Tuhan juga bilang kalau apa yang Maria lakukan ini
akan menjadi sebuah peringatan bagi dirinya dimana pun nantinya Injil
diberitakan.
WOW!
Maria dari Betania mungkin tidak akan menyangka kalau
tindakannya itu akan tertulis dalam kitab-kitab Injil dan dibaca oleh
orang-orang sampai ribuan tahun setelah peristiwa itu terjadi.
Maria mungkin tidak pernah membayangkan seorang
perempuan seperti dirinya akan menjadi inspirasi dan teladan bagi orang-orang
percaya tentang bagaimana mengasihi Tuhan dengan sepenuh hati.
Sebentar lagi kita akan merayakan Paskah, karya
penebusan Tuhan atas kita, umat-Nya yang berdosa. Maria mengurapi Yesus, enam
hari sebelum Paskah, atau kira-kira dua minggu sebelum Ia disalibkan.
Rasanya pas sekali kalau kita merenungkan tentang Maria
dari Betania.
Mulai sekarang, mintalah kepada Tuhan untuk mengubah hati kita agar makin hari kita makin mengasihi Dia, makin giat melayani-Nya.
Di masa-masa menjelang Paskah ini, mari belajar untuk jadi seperti Maria dari Betania yang mencintai Tuhan Yesus lebih dari hidupnya sendiri.
Oh ya,, ternyata ada lho lagu tentang Maria dari Betania.
Judulnya Alabaster Box yang dinyanyikan oleh Cece Winans. Liriknya sangat menyentuh dan menggambarkan bagaimana perasaan Maria dari Betania.
Selamat menyambut Paskah..
God bless ^^