Sabtu, 10 Agustus 2013

Like Bruised Reed


Pas Saat Teduh pagi ini, aku membaca dalam Yesaya 42 : 1 – 9. 

Di ayat 3 tertulis,

A bruised reed he will not break, and a smoldering wick he will not snuff out. In faithfulness he will bring forth justice. (NIV)

Actually, dalam ayat  1-9 diceritakan tentang Hamba Tuhan yang akan mengadakan pembebasan dan penyelamatan (ayat 7) dan keadilan bagi bangsa-bangsa (ayat 1), tapi yang paling menarik perhatian aku adalah ayat 3 tadi.

Kalau terjemahan bahasa Indonesianya,

Buluh yang patah terkulai tidak akan dipatahkannya, dan sumbu yang pudar nyalanya tidak akan dipadamkannya, tetapi dengan setia ia akan menyatakan hukum (TB)

Aku jadi sadar bahwa, akulah si buluh yang patah terkulai itu, sumbu yang pudar nyalanya.

Apa kesan kita saat melihat ranting buluh yang hampir patah dan terkulai? Angin bertiup sedikit kencang saja ia pasti langsung patah dan ditiup angin pergi. Lemah, rapuh, dan tidak berguna.

Dan apa yang diharapkan dari sumbu yang pudar nyalanya? Kalo versi NIV disebut smoldering wick, sumbu yang membara – sumbu yang sudah nggak ada lagi apinya, tinggal baranya. Apa lagi yang diharapkan darinya?

Tapi, Tuhan Yesus, dengan segala kelembutan-Nya, belas kasihan-Nya juga cinta-Nya, Ia tidak mematahkan buluh yang terkulai itu atau mematikan sumbu yang pudar nyalanya itu.

Dalam Yesaya 42 ini, aku melihat gambaran Tuhan Yesus yang penuh roh kelemahlembutan dan belas kasihan. Hati-Nya sungguh luar biasa, karena Ia masih mau melihat dan mengasihani manusia yang penuh dengan kelemahan, kekurangan dan juga dosa, seperti aku.

Bukan hanya dikasihani tapi juga memberikan anugerah keselamatan bagi diriku, kehidupan kekal setelah kematian, bersama-Nya. Wah, betapa aku dianggap berharga oleh Tuhan.

Setelah aku membaca ayat ini, aku menyadari sesuatu bahwa, aku berharga.

Aku berharga bukan karena aku pintar, atau cantik, atau rajin pelayanan, atau baik.

Aku berharga bukan karena apa yang aku miliki atau aku lakukan.

Sebenarnya, aku seperti buluh yang terkulai atau sumbu yang pudar nyalanya itu.

Tapi, aku berharga. Karena Tuhan menghargai aku. 

Itulah alasan kenapa aku berharga, karena di mata Tuhan aku ini berharga.

Jadi ingat lagu ini, judulnya Hidupmu berharga, udah lupa siapa yang nyanyi ^^.

Hidupmu berharga bagi Allah
Tiada yang tak berkenan di hadapan-Nya
Dia ciptakan kau s’turut gambar-Nya
Sungguh terlalu indah kau bagi Dia
Dia berikan kasih-Nya bagi kita
DIa t’lah relakan segala-galanya
Dia disalib tuk tebus dosa kita
Karena hidupmu sangatlah berharga
Buluh yang terkulai takkan dipatahkannya
Dia kan jadikan indah sungguh lebih berharga
Sumbu yang t'lah pudar takkan dipadamkannya
Dia kan jadikan terang untuk kemuliaan-Nya

Di tangan Tuhan, buluh yang terkulai dan hampir patah itu bisa jadi barang berharga.

Sumbu yang hampir pudar nyalanya itu, bisa dipakai-Nya untuk menerangi seisi rumah.

Luar biasa bukan Tuhan kita?

Aku benar-benar bersyukur dan bersukacita karena-Nya.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar