Kamis, 14 Maret 2013

Mary's Alabaster Box


Ketika Yesus berada di Betania, di rumah Simon si kusta, dan sedang duduk makan, datanglah seorang perempuan membawa suatu buli-buli pualam berisi minyak narwastu yang mahal harganya. Setelah dipecahkannya leher bui-buli itu, dicurahkannya minyak itu ke atas kepala Yesus.
(Markus 14 : 3)

Peristiwa Yesus diurapi ditulis dalam 3 kitab Injil, yaitu dalam Matius, Markus dan Yohanes.
Dalam kitab Matius dan Markus, tidak dituliskan siapa perempuan yang mengurapi Yesus, tetapi dalam kitab Yohanes, disebutkan bahwa perempuan yang mengurapi Yesus adalah Maria.
Maria, saudara Lazarus dan Marta dan mereka tinggal di Betania.

Ketika Yesus berada di Betania dan makan di rumah Simon si kusta, maka Maria datang dengan membawa minyak narwastu murni yang harganya 300 dinar. Ia lalu mengurapi Yesus, meminyaki kepalanya dengan minyak itu, mencuci kaki Tuhan Yesus dengan air matanya dan membasuh menggunakan rambutnya.
Maria datang ke tempat itu tanpa pemberitahuan ataupun pengumuman, apalagi minta izin kepada sang tuan rumah. Ia hanya mengetahui kalau Yesus ada di Betania, di desanya dan dengan segera ia membawa buli-buli pualam berisi minyak narwastu murni miliknya untuk mengurapi Yesus.
Ia tidak menghiraukan tanggapan orang lain ataupun peduli pada kebencian di mata orang-orang yang melihatnya mengurapi Tuhan Yesus.

Kira-kira, apa alasan Maria melakukan tindakan yang tidak disangka-sangka orang banyak ini?
Apa alasan Maria mengurapi Tuhan Yesus?
Menurut aku, ada 3 alasan kenapa Maria mengurapi Yesus.

a.       Tanda ucapan syukur
Maria mengucap syukur atas perjumpaannya dengan Tuhan Yesus. Maria mengucap syukur karena ia bisa berjumpa dengan Tuhan Yesus dan pertemuan itu mengubah seluruh kehidupannya. Dari seorang wanita yang penuh dosa, dari wanita yang tidak tahu arah dan tujuan hidupnya, setelah ia berjumpa dengan Tuhan Yesus, hidupnya diubahkan, hidupnya yang tidak punya arah dan tujuan kini memiliki satu tujuan yang pasti. Memuliakan Tuhan dan Rajanya, yaitu Yesus.
Maria mengucap syukur atas kasih karunia yang telah ia terima dari Yesus.
Aku tidak tahu bagaimana Maria ini berjumpa pertama kali dengan Yesus. Mungkin saja ia mendengar salah satu khotbah Yesus dan percaya bahwa Yesus adalah Tuhan. Atau, ia melihat mujizat yang Yesus lakukan. Yang jelas, setelah berjumpa dengan Yesus, hidup Maria tidak pernah sama lagi.

Dan bagi Maria, tanda ungkapan syukurnya adalah dengan memberikan harta paling berharga yang ia miliki dan melayani Tuhan sebagai seorang hamba.
Ia membawa buli-buli pualam berisi minyak narwastu murni seharga 300 dinar. Jika 1 dinar waktu itu adalah upah sehari bagi seorang pekerja, maka minyak seharga 300 dinar sudah tentu bukan barang yang murah ataupun mudah diperoleh.
Tapi harga ternyata bukan masalah buat Maria. Baginya kasih karunia dan keselamatan yang telah ia terima jauh lebih berharga dari apapun. Ia memberikan hartanya yang berharga kepada Pribadi yang mengubahkan hidupnya, Tuhan Yesus.
Selain memberikan miliknya yang berharga, Maria juga melayani Yesus sebagai hamba-Nya.
Membasuh dan mencuci kaki seseorang, bukankah pekerjaan seorang hamba?
Maria membasuh kaki Yesus menggunakan airmatanya dan menyekanya dengan rambutnya sendiri.
Apa ia membayangkan dirinya yang penuh dosa dan telah diselamatkan saat ia mengurapi Tuhan Yesus?
Maria benar-benar menganggap dirinya sungguh tak layak, seorang hamba bagi Tuhan Yesus.
Menurut aku, ini sebuah tanda bahwa Maria benar-benar adalah murid Tuhan yang rela melakukan apapun demi Tuhannya, rela melayani, rendah hati.
Sikap yang patut diteladani dari seorang Maria.

Saat membaca dan merenungkan tentang Maria dari Betania ini, aku bertanya pada diri sendiri.
Apa aku rela menyerahkan milikku yang paling berharga untuk diberikan pada Tuhan?
Jika Tuhan memanggil aku untuk melayaninya, apa aku siap meninggalkan semua kehidupan nyamanku? Keluarga, teman-teman, pekerjaan, bahkan kota ataupun negeriku?

Dan, sebagai hamba Tuhan, apa aku sudah menunjukkan sikap seperti Maria?
Berhati hamba,melayani Tuhan dengan sepenuh hati, juga bersikap rendah hati?
Bukannya selama ini aku bersikap sebaliknya? Bukannya berhati hamba, tapi sok memerintah Tuhan, banyak bersungut-sungut dalam melayani?

Kita semuanya dulunya sama seperti Maria. Penuh dosa, tidak layak di hadapa Tuhan. Tapi perjumpaan kita dengan Yesus mengubah seluruh kehidupan kita. Bukankah itu sesuatu yang benar-benar layak untuk disyukuri?

Apa yang kita berikan kepada Tuhan sebagai ungkapan syukur kita?
Sudahkah kita memberikan yang terbaik dari diri kita kepada Tuhan, seperti halnya Maria dari Betania?


b.      Tanda cinta pada Tuhan
Aku pernah baca di buku ‘Lady in Waiting’, kalau setiap wanita Yahudi memiliki buli-buli pualam yang berisi minyak narwastu murni. Benda itu akan disimpan oleh wanita itu sampai hari pernikahannya, sebagai hadiah bagi suaminya juga penghormatan bagi suaminya itu. Ia akan memecahkan buli-buli pualam berisi minyak itu dan mengurapi kaki suaminya.

Ya, dengan memecahkan buli-buli pualam dan mengurapi Yesus dengan minyak narwastu di dalamnya, Maria telah mengambil keputusan untuk menyerahkan dirinya seutuhnya kepada Tuhan, untuk melayani Tuhan seumur hidupnya. Ia menyerahkan hatinya untuk Tuhan Yesus.

Aku nggak tahu apakah Maria dari Betania ini tidak menikah atau bagaimana, tetapi dengan memecahkan buli-buli pualam itu, Maria sebenarnya mengambil resiko bahwa ia mungkin tidak akan menikah. Karena buli-buli pualam itu sangat mahal harganya dan butuh waktu yang lama untuk mengumpulkan uang buat membelinya lagi.

Yang jelas, pengurapan yang dilakukan Maria dari Betania kepada Tuhan Yesus, selain tanda ungkapan syukur juga sebagai tanda cinta Maria untuk Tuhan dan Juruselamatnya.
Ini bukti kalau Maria sangat mengasihi Yesus lebih dari dirinya sendiri.
Setiap tetes minyak narwastu yang dicurahkannya ke atas kepala Yesus adalah bukti cintanya untuk Tuhan.
Setiap tetes airmatanya yang menetes di kaki Yesus adalah lambang penyembahannya untuk Tuhan.
Setiap helai rambut yang menyeka kaki Yesus adalah lambang penyerahan dirinya untuk Tuhan.

Akhir-akhir ini, aku sedang membaca buku ‘ Crazy Love’-nya Francis Chan.
Buku itu benar-benar menemplak aku tentang cinta aku kepada Tuhan.
Setelah membaca buku itu, aku jadi bertanya sama diri aku sendiri
“ Apa benar aku sudah mencintai Tuhan dengan sungguh-sungguh?”

Mengikut Yesus bukanlah sesuatu yang dapat dilakukan dengan setengah hati atau sebagai pekerjaan sampingan. Ini bukanlah label yang dapat kita tampilkan ketika ada gunanya. Menjadi pengikut Kristus harus menjadi inti dari segala sesuatu yang kita lakukan dan inti dari seluruh jati diri kita.

Sesungguhnya, tak ada hal apapun yang perlu menjadi perhatian kita lebih dari hubungan kita dengan Tuhan; karena hubungan ini berkaitan dengan kekekalan, dan tak ada hal lain yang dapat menandinginya. (Francis Chan - Crazy Love)

Maria merupakan teladan bagaimana mengasihi Yesus lebih dari apapun juga. Bagi Maria, hubungannya dengan Yesuslah yang terpenting. Ini terlihat jelas saat Yesus datang ke rumahnya. Ia tidak menyibukkan diri di dapur seperti Marta, saudaranya, melainkan duduk di kaki Yesus dan mendengarkan-Nya.
Maria tahu apa yang paling penting dalam hidupnya, yaitu bagaimana ia mengasihi Tuhan dengan seluruh hidupnya.

Dan Tuhan menyukai sikap seperti itu. Tuhan senang kalau anak-anak-Nya mencintai Dia lebih dari apapun di dunia ini. Tuhan senang kalau anak-anak-Nya tahu bahwa yang terpenting di dunia ini adalah hubungan mereka dengan-Nya.

Maybe, orang lain bakal menganggap itu tidak masuk akal. Banyak orang yang punya pikiran seperti Marta, menganggap Tuhan itu ‘bagian’ dari kehidupannya, bukan keseluruhan hidupnya.
Sikap seperti Maria yang Tuhan inginkan ada dalam diri setiap anak-anak-Nya.
Mengasihi Dia lebih dari hidup itu sendiri.

c.       Maria mendapat pewahyuan tentang kematian Tuhan Yesus
Yesus meninggal sehari sebelum hari Sabat. Tuhan Yesus pun nanti diturunkan sore menjelang malam, karena pada hari Sabat tidak boleh ada mayat tergantung. Yusuf dari Arimatea mengambil mayat Yesus untuk dikuburkan dan bersama-sama dengan Nikodemus mereka berdua mempersiapkan penguburan Yesus.
Waktu untuk mempersiapkan mayat Yesus sebelum dikubur tidak cukup, sehingga baik Yusuf dan Nikodemus tidak sempat merempah-rempahi mayat Yesus,karena sudah masuk waktu untuk Sabat.
Maria dari Betania telah mendapat pewahyuan dari Allah untuk mengurapi Tuhan Yesus sebelum kematian-Nya.

Tuhan memakai Maria dari Betania dengan cara yang sungguh luar biasa. Ia mendapat privilege yang luar biasa menurut aku. Mengurapi Tuhan Yesus, sebagai bagian dari persiapan kematian-Nya.

Dan janji Tuhan untuk orang yang setia dan mengasihi-Nya seperti Maria gak main-main.
Tuhan sendiri mengatakan bahwa apa yang Maria lakukan ini adalah :
Good and beautiful thing, praiseworthy and noble thing (Terjemahan Amplified Bible).
Tuhan juga bilang kalau apa yang Maria lakukan ini akan menjadi sebuah peringatan bagi dirinya dimana pun nantinya Injil diberitakan.

WOW!
Maria dari Betania mungkin tidak akan menyangka kalau tindakannya itu akan tertulis dalam kitab-kitab Injil dan dibaca oleh orang-orang sampai ribuan tahun setelah peristiwa itu terjadi.
Maria mungkin tidak pernah membayangkan seorang perempuan seperti dirinya akan menjadi inspirasi dan teladan bagi orang-orang percaya tentang bagaimana mengasihi Tuhan dengan sepenuh hati.


Sebentar lagi kita akan merayakan Paskah, karya penebusan Tuhan atas kita, umat-Nya yang berdosa. Maria mengurapi Yesus, enam hari sebelum Paskah, atau kira-kira dua minggu sebelum Ia disalibkan.
Rasanya pas sekali kalau kita merenungkan tentang Maria dari Betania.
Mulai sekarang, mintalah kepada Tuhan untuk mengubah hati kita agar makin hari kita makin mengasihi Dia, makin giat melayani-Nya.

Di masa-masa menjelang Paskah ini, mari belajar untuk jadi seperti Maria dari Betania yang mencintai Tuhan Yesus lebih dari hidupnya sendiri.

Oh ya,, ternyata ada lho lagu tentang Maria dari Betania.
Judulnya Alabaster Box yang dinyanyikan oleh Cece Winans. Liriknya sangat menyentuh dan menggambarkan bagaimana perasaan Maria dari Betania.



Selamat menyambut Paskah..

God bless ^^




Jumat, 08 Maret 2013

When We are Ready




"Blessed are all they that wait for him" (Isa 30:18).


We hear a great deal about waiting on God. 
There is, however, another side. 
When we wait on God, He is waiting till we are ready; 
when we wait for God, we are waiting till He is ready.

There are some people who say, and many more who believe, that as soon as we meet all the conditions, God will answer our prayers. They say that God lives in an eternal now; with Him there is no past nor future; and that if we could fulfill all that He requires in the way of obedience to His will, immediately our needs would be supplied, our desires fulfilled, our prayers answered.

There is much truth in this belief, and yet it expresses only one side of the truth. While God lives in an eternal now, yet He works out His purposes in time. A petition presented before God is like a seed dropped in the ground. Forces above and beyond our control must work upon it, till the true fruition of the answer is given.

--The Still Small Voice
***
I longed to walk along an easy road,
And leave behind the dull routine of home,
Thinking in other fields to serve my God;
But Jesus said, "My time has not yet come."

I longed to sow the seed in other soil,
To be unfettered in the work, and free,
To join with other laborers in their toil;
But Jesus said, "'Tis not My choice for thee."

I longed to leave the desert, and be led
To work where souls were sunk in sin and shame,
That I might win them; but the Master said,
"I have not called thee, publish here My name."

I longed to fight the battles of my King,
Lift high His standards in the thickest strife;
But my great Captain bade me wait and sing
Songs of His conquests in my quiet life. 

I longed to leave the uncongenial sphere,
Where all alone I seemed to stand and wait,
To feel I had some human helper near,
But Jesus bade me guard one lonely gate.

I longed to leave the round of daily toil,
Where no one seemed to understand or care;
But Jesus said, "I choose for thee this soil,

That thou might'st raise for Me some blossoms rare." 
And now I have no longing but to do
At home, or else afar, His blessed will,
To work amid the many or the few;
Thus, "choosing not to choose," my heart is still.
--Selected

Source : Streams in the Desert (L.B. Cowman)

Kamis, 07 Maret 2013

Additional Time


Sejak rencana lanjut kuliah itu mundur jadi bulan Juli tahun ini...aku benar-benar kecewa dan sedih.
Kok kayaknya Tuhan lagi 'mainin' sama aku?
Tuhan memperpanjang waktu menanti aku setahun lagi.
Aku bertanya-tanya, kenapa?

Padahal ijin ortu sudah didapat, biaya ok, gak ada masalah...
Tapi, pas cek lagi ternyata, kampus tujuan aku itu gak buka pendaftaran di semester genap. Nanti buka lagi pas semester ganjil, bulan Juli.

Aku benar-benar gak ngerti apa maksud Tuhan?
Dan mulai ada ketakutan dan kekhawatiran dalam diri aku
Gimana kalau Tuhan gak ijinin aku kuliah di luar kota?
Gimana kalau aku ternyata selama ini salah dengar suara Tuhan?

Bahkan mulai muncul pemikiran-pemikiran yang benar-benar bikin aku down.
Tapi, awal tahun ini aku mulai mengerti apa maksud Tuhan dengan 'tambahan waktu' yang Ia berikan.

Salah satunya, untuk menyelesaikan periode pelayanan aku di Komisi Remaja gereja aku. 
Memang periode pelayanan kami akan selesai akhir tahun ini dan rasanya kurang tepat kalau aku ninggalin mereka sebelum periode pelayanan selesai.
Dan Tuhan mengubah cara pandang aku terhadap pelayanan yang aku lakukan selama ini. 
Selama beberapa bulan terakhir, aku jadi sadar betapa aku sangat,sangat, sangat menyayangi adik-adik remaja aku >,<...
Dan dengan tambahan waktu setahun ini, aku memutuskan untuk buat sebuah project untuk merangkul adik-adik remaja aku. Aku mengucap syukur karena lewat tambahan waktu ini, aku jadi lebih fokus dalam pelayanan di komisi Remaja aku.


Kemudian, di tempat kerja...
Ada begitu banyak tambahan pengalaman yang aku dapat di tahun ini. 
Juga, aku ditawari sebuah pekerjaan, yang menurut aku luar biasa dari Tuhan,hehehehe...
Aku gak pernah membayangkan kalo ada yang mau nawarin aku posisi AA PJ Alkes di sebuah PBF di kotaku dan kerjaan-nya part time. 
Sebelumnya, aku pernah double job. Pagi di laboratorium , sore di apotek sampe tengah malam. 
Aku harus bayar harga karenanya. Pelayanan aku terbengkalai, jarang ketemu sama keluarga dan teman-teman aku. 
So I decided to resigned juga ga mau ambil kerjaan part time lagi.
Tapi, siapa sangka bakal ditawari kerjaan yang cuma datang di kantor sebulan 2 kali?
Bener-bener amazing deh penyertaan Tuhan...

Terus, aku jadi lebih tekun untuk belajar hidup mandiri. Belajar masak karena nantinya kan bakal jadi anak kos (u/pertama kalinya, wkkwkwkw...) dan lebih rajin doing house chores, huehehehe... 

And the most important...
Di masa 'additional time' ini, aku belajar untuk benar-benar menaruh semua keinginanku di tangan Tuhan, dan punya iman bahwa Tuhan akan melakukannya. 
Aku merasa imanku makin bertumbuh, demikian juga pengenalanku akan Dia. Tuhan itu seperti apa, apa yang Tuhan suka,apa yang bikin Tuhan senang dan senyum ke aku, etc... 

Masa additional time yang awalnya bikin aku galau, sedih, BT, kecewa kini berubah menjadi hari-hari yang lebih 'penuh' dengan Tuhan Yesus. Rasanya, aku jadi fokus untuk pelayanan dan membangun hubungan aku yang lebih intim dengan Tuhan Yesus. 

Aku benar-benar menyukainya.

Terimakasih Tuhan Yesus, for the greatest 'additional time'  You gave to me #hug >,<